Selasa, 17 Agustus 2010

Perjalanan tentara Muslimin

Perjalanan tentara Muslimin
Sekarang pasukan tentara Muslimin sudah mulai bergerak dari Medinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta menguasai Rumah Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.

Pasukan ini bergerak dalam suatu jumlah yang belum pernah dialami oleh kota Medinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilah Sulaim, Muzaina, Ghatafan dan yang lain, yang telah menggabungkan diri, baik kepada Muhajirin atau pun kepada Anshar. Mereka berangkat bersama-sama dengan mengenakan pakaian besi. Mereka melingkar ke tengah-tengah padang sahara yang membentang luas itu, sehingga apabila kemah-kemah mereka sudah dikembangkan, tertutup belaka oleh debu pasir sahara itu; sehingga karenanya orang takkan dapat melihatnya. Mereka yang terdiri dari ribuan orang itu telah mengadakan gerak cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut menggabungkan diri, yang berarti menambah jumlah dan menambah kekuatan pula. Semua mereka berangkat dengan kalbu yang penuh iman, bahwa dengan pertolongan Allah mereka akan mendapat kemenangan. Perjalanan ini dipimpin oleh Muhammad dengan pikiran dan perhatian tertuju hanya hendak memasuki Rumah Suci tanpa akan mengalirkan darah setetes sekalipun.

Bila pasukan ini sudah sampai di Marr'z-Zahran1 dan jumlah anggota pasukan sudah mencapai sepuluh ribu orang, pihak Quraisy belum juga mendapat berita. Mereka masih dalam silang-sengketa, bagaimana caranya akan menangkis serangan dari Muhammad.

Oleh Abbas b. 'Abd'l-Muttalib - paman Nabi ditinggalkannya mereka itu dalam perdebatan dan dia sendin sekeluarga berangkat menemui Muhammad di Juhfa.2 Boleh jadi sudah ada orang-orang dari Banu Hasyim yang sudah menerima berita atau semacam berita tentang kebenaran Nabi. Lalu mereka bermaksud menggabungkan diri tanpa akan mendapat sesuatu gangguan.

Disamping Abbas, yang juga berangkat menyongsong ialah Abu Sufyan bin'l-Harith b. 'Abd'l-Muttalib, sepupu Nabi, Abdullah b. Abi Umayya bin'l-Mughira, anak bibinya. Mereka menggabungkan diri dengan pasukan Muslimin di Niq'l-'Uqab. Mereka berdua minta ijin akan menemui Nabi, tapi Nabi menolak.

"Tidak perlu aku kepada mereka," katanya kepada Umm Salama, isterinya, ketika ia mencoba membicarakan masalah dua orang itu. "Aku sudah banyak menderita karena anak pamanku itu. Sedang anak bibiku, dan iparku pula, ia sudah mengatakan yang bukan-bukan ketika ia di Mekah."

Keterangan ini disampaikan kepada Abu Sufyan, dan dia berkata: "Demi Allah, bagiku hanyalah aku ingin diijinkan bertemu, atau, dengan bantuan anakku ini, kami akan pergi ke mana saja, sampai kami mati kehausan dan kelaparan."

Nabi merasa kasihan kepada mereka. Kemudian mereka pun diijinkan masuk menemuinya, dan mereka menyatakan masuk Islam.