Sabtu, 14 Agustus 2010

TANDA-TANDA HARI AKHIR DARI SURAT AL KAHFI

Nabi Muhammad SAW menggarisbawahi surat ini
Banyak hadits nabi menghubungkan Surat Al Kahfi dengan Hari Akhir. Sebagian hal ini disampaikan di bawah ini:
Diriwayatkan oleh An-Nawwas ibn Sam’an:
‘Dia, yang hidup dan melihatnya (Dajjal) harus membacakan di depannya ayat-ayat pembukaan Surat Al Kahfi. (HR Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahili:
Barangsiapa memasuki nerakanya (Dajjal), mintalah pertolongan Allah dan bacakan ayat pembukaan Surat Al Kahfi, dan hal ini akan mendinginkan dan mendamaikannya, seperti api menjadi dingin terhadap Ibrahim. (HR Ibnu Katsir)

Tanda-tanda dan rahasia Hari Akhir
Satu alasan mengapa Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang beriman membaca Surat Al Kahfi adalah karena surat ini berisi isyarat penting mengenai Hari Akhir, seperti berbagai hal yang dibutuhkan untuk bertahan dan memerangi Dajjal, dan gerakan-gerakan anti-agama yang menimbulkan berbagai kejahatan atas kemanusiaan, yang ingin disebarkan oleh Dajjal ke seluruh dunia. Surat Al Kahfi ini juga berisi berbagai pelajaran bagi kaum Muslimin. Anjuran Rasulullah SAW untuk menghapalkan dan membaca surat ini dengan penuh perhatian adalah suatu isyarat kuat tentang hal ini. Seperti kita akan lihat di seluruh bab ini, pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal di sebuah masyarakat yang kafir, pelajaran bahwa Musa AS belajar dari Khidr, dan pemerintahan di atas dunia yang didirikan oleh Dzulkarnain AS agar dapat menyebarkan nilai-nilai Islam, adalah perkara-perkara yang perlu direnungkan oleh orang-orang beriman.

Keadaan Ashabul Kahfi yang luar biasa
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu, mereka berdoa, “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (QS Al Kahfi: 9-10)
Kedua ayat ini menyinggung keadaan para pemuda yang luar biasa itu. Dari cerita tersebut, kita melihat pengalaman mereka sebagai sesuatu yang gaib dan tidak lazim. Seluruh kehidupan mereka penuh dengan kejadian yang menakjubkan. Keadaan ini merupakan pokok permasalahan hadits Nabi SAW yang menghubungkan antara tanda-tanda ini dengan Hari Akhir. Ini mengisyaratkan bahwa orang-orang yang hidup di Masa Akhir dapat mengalami berbagai pengalaman supernatural.

Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka (QS Al Kahfi: 18)
Ayat kesepuluh menjelaskan kepada kita bahwa para pemuda tersebut mencari tempat perlindungan di gua dari pemerintahan zalim yang tengah berkuasa. Pemerintahan tersebut menyebabkan mereka tidak mungkin mengungkapkan pandangan mereka, menjelaskan kebenaran, dan menyerukan agama Allah. Oleh karena itu, mereka menjauhkan diri mereka dari masyarakat.
Akan tetapi, hal ini seharusnya tidak dipahami sebagai kurun waktu tanpa kerja yang jauh dari masyarakat, karena mereka mengungsi ke sana sambil memohon rahmat dan bantuan Allah. Mereka juga berupaya memperbaiki dan mengembangkan diri mereka sendiri. Kaum Muslimin di Hari Akhir yang berada di bawah rezim yang menindas akan menyembunyikan diri dan berharap kepada Allah untuk memberikan rahmat-Nya atas mereka, dan juga memudahkan kehidupan dan perjuangan mereka atas gerakan-gerakan anti-agama.

Tersembunyinya mereka selama beberapa waktu
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu) (QS Al Kahfi: 11-12)
Alasan ditidurkannya Ashabul Kahfi adalah penyerahan diri terhadap takdir dan kedamaian, karena Allah, Yang telah menciptakan alam semesta tanpa sia-sia, mengatur segala sesuatu de,o kemaslahatan umat Islam. Di masa kini, sebagian umat Islam telah mengambil pendirian yang sama secara spiritual. Dengan cara ini, mereka tidak disimpangkan oleh paham materialis yang berupaya menjauhkan masyarakat dari iman mereka, dan juga tidak tersentuh oleh kekerasan yang diarahkan oleh paham-paham ini. Oleh karena itu, mereka dapat terus hidup menurut Al Qur'an tanpa dipengaruhi oleh kehancuran akhlak, kekejaman, dan kekacauan yang ada di sekitarnya. Ashabul Kahfi tetap tersembunyi selama beberapa waktu dan Allah membangkitkan mereka pada waktu yang ditentukan-Nya.

Mereka memproklamirkan agama Allah kepada masyarakat
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? (QS Al Kahfi: 15)
Seperti yang dinyatakan oleh ayat ini, kelompok ini menyeru orang-orang musyrik agar kembali ke agama yang benar, mengajak mereka menuju agama Allah, meminta mereka agar berhenti mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan meminta mereka mengajukan bukti-bukti atas penolakan mereka tersebut. Ketika mereka tidak dapat melakukan ini, Ashabul Kahfi menyatakan bahwa orang-orang musyrik dari masyarakat mereka sebagai para pembohong dan pemfitnah.
Saat ini, kaum Muslimin juga menuntut pembuktian dari mereka yang menyembah selain Allah. Di Hari Akhir, akan ada kepercayaan yang mendewakan materi dan kesempatan: Darwinisme.
Darwinisme menyatakan bahwa alam semesta tidak bertujuan, terjadi begitu saja, dan hanya anggota-anggota alam yang paling menyesuaikan dirilah yang dapat bertahan hidup. Sistem anti-agama ini didasarkan pada konflik dan kekerasan. Jelas, “pernyataan kebetulan acak” yang bertanggung jawab atas segala sesuatu ini tidak lebih dari tindakan fitnah oleh para pengikut Darwinis atas Allah Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada.
Mereka menjauh sepenuhnya dari pandangan musyrik di sekitar mereka
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu (QS Al Kahfi: 16)
Karena penindasan orang-orang musyrik, Ashabul Kahfi merasakan perlunya pemisahan secara menyeluruh. Oleh karena itu, mereka memutuskan seluruh hubungan dengan orang-orang musyrik dengan mengungsi ke gua. Selama masa itu, rahmat Allah turun kepada mereka dan Dia memudahkan segala sesuatu bagi mereka. Hal yang paling penting dari pertolongan dan dukungan-Nya adalah menghindarkan mereka dari pengaruh buruk orang-orang tak beriman.

Mereka menyembunyikan diri
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melemparmu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya (QS Al Kahfi: 20)
'Mereka akan melemparmu’ menjelaskan sebuah bentuk teror. Watak dasar ini dengan jelas terlihat saat ini pada orang-orang yang berada di bawah pengaruh paham-paham anti-agama. Misalnya, para teroris yang menganut paham komunisme dikendalikan oleh permusuhan mereka pada negara, dengan melempar batu-batu dan menyerang pejabatnya, maupun polisi. Serangan-serangan ini bertujuan untuk melemahkan dan melemahkan semangat mereka, sehingga kaum komunis dapat mewujudkan ide-ide anti-agama mereka dan mendirikan kekuasaan mereka di atas kekacauan dan pertentangan di negara tersebut.
Oleh karena itu, sangat mendasar bagi orang-orang yang hidup di Hari Akhir untuk melepaskan diri dari paham-paham yang berlumur darah dan kerusakan, yang tidak membawa apa pun selain kejahatan pada dunia, tidak berpihak pada orang-orang yang bersekongkol, dan tidak dipengaruhi oleh bujuk rayu paham-paham anti-agama atau hasutan mereka.
Hanya Allah dan segelintir orang yang mengetahui jumlah mereka
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga, orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) adalah lima orang, yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah, “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka, kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja, dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka. (QS Al Kahfi: 22)
'Yang mengetahui mereka hanya sedikit’ juga menunjukkan bahwa hanya segelintir orang yang memiliki pengetahuan ini. Misalnya, salah satunya bisa jadi Khidr, yang kemampuannya yang menakjubkan akan kita bahas secara singkat. Juga mungkin murid-muridnyalah yang memiliki pengetahuan ini, dengan kehendak dan wahyu Allah. Al Qur’an menyebutkan bahwa Allah memfirmankan sebagian hal gaib kepada Rasul-rasul-Nya.

Perjalanan Nabi Musa AS dan muridnya ke ‘tempat bertemunya dua laut'
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (QS Al Kahfi: 60)
Di sini ‘murid’ menunjukkan bahwa ketika melakukan sesuatu, kita seharusnya mencari bantuan dari orang-orang muda dan bekerja sama dengan mereka.
Orang-orang muda harus dimotivasi untuk menggunakan energi, gairah, kekuatan, ambisi, dan semangat mereka untuk perbuatan yang terbaik untuk meraih rahmat Allah. Beberapa ayat berbicara tentang pemuda, dan ayat berikutnya menyatakan bahwa hanya beberapa pemuda dari bangsanya yang beriman kepada Musa AS:
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas (QS Yunus: 83)
Ayat keenam belas Surat Al Kahfi menyebutkan titik pertemuan yang menjadi tujuan perjalanan Nabi Musa AS. Musa AS mengetahui akan bertemu dengan seseorang, dan dia mengetahui akan terjadi di ‘tempat pertemuan dua laut.’ Tempat ini bisa berada di tempat mana pun di permukaan bumi yang sesuai dengan gambaran ini.

Nabi Musa AS bertemu Khidr AS yang diberkati dan dirahmati-Nya
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. (QS Al Kahfi: 65)
Allah itu Maha Pengasih, Maha Pemurah, dan Maha Penyayang kepada hamba-hambat-Nya. Musa AS berangkat untuk bertemu Khidr AS, seseorang yang telah diberi rahmat oleh Allah. Oleh karena itu, sifat-sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah tercermin padanya. Sifat Allah tersebut telah memungkinkan dirinya menerima pengetahuan yang lebih dari Allah dan menjadi salah satu hamba pilihan-Nya.

Dzulkarnain AS
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.” (QS Al Kahfi: 83)
Di sepanjang sejarah, kebanyakan ilmuwan telah menafsirkan cerita Dzulkarnain dengan berbagai cara. Ayat ini mengatakan Dzulkarnain diturunkan untuk mengingatkan kaum Muslimin dan terkait dengan wahyu yang memiliki makna dan alasan tersembunyi.

Dzulkarnain AS memiliki kekuasaan dan “tercerahkan"
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan (QS Al Kahfi: 84-85)
Dari ayat-ayat ini, kita memahami bahwa negara Dzulkarnain jauh dari berbagai masalah. Dengan kata lain, kekuasaannya solid, rasional, dan kuat.
'Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu’ mengisyaratkan bahwa Dzulkarnain AS diberikan kemampuan untuk memecahkan setiap masalah. Dengan kata lain, dia seorang Muslim yang sangat cerdas, bijak, dan cermat. Dengan semua kelebihan yang diberikan Allah ini, dia memecahkan seluruh masalah rumit dengan cepat dan memecahkan hambatan-hambatan.

Dzulkarnain AS juga seorang dai
Berkata Dzulkarnain, “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami.” (QS Al Kahfi: 87-88)
Ketika Dzulkarnain as berbicara, dia mengingatkan rakyatnya tentang Allah dan hari akhirat. Dia berbicara sebagai seorang Muslim. Dari pernyataan yang digunakan di ayat ini, kita memahami dia seorang pemimpin Muslim yang memerintah sebuah bangsa Muslim.
Dzulkarnain AS terus melanjutkan dakwah kepada orang-orang yang dia temui untuk beriman kepada Allah, taat, berbuat baik sesuai ketentuan Al Qur’an, dan menegakkan sholat serta melakukan ibadah. Dia menyeru, untuk mendorong mereka, pada balasan yang dijanjikan untuk mereka di dunia dan di akhirat, serta menyeru mereka kepada iman.
Dzulkarnain AS membantu manusia

Kita dapat menyimpulkan dari cerita di Surat Al Kahfi bahwa Dzulkarnain adalah seorang penguasa Muslim yang mengendalikan wilayah yang luas di dunia ini.

Mereka berkata, “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara mereka?” (QS Al Kahfi: 94)
Karena penyimpangan Ya’juj dan Ma’juj, orang-orang yang sedang menghadapi masalah mencari bantuan Dzulkarnain AS dan menawarkan imbalan kepadanya. Dari ayat ini, kita memahami Dzulkarnain AS tidaklah mewakili seseorang; sebaliknya, dia memimpin sebuah bangsa. Tepat seperti Sulaiman as, dia memerintah sebuah bangsa dan tentara.
Ayat ini menunjukkan bahwa dia pasti memiliki tim ahli bangunan dan insinyur sipil. Dari permohonan orang-orang tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Dzulkarnain AS tertarik dan punya pengetahuan tentang bangunan dan teknik sipil. Dia bahkan termasyur karena keahlian dalam bidang ini. Oleh karena itu, bangsa-bangsa lain meminta bantuannya. Seluruh faktor ini memperlihatkan besar dan kekuatan bangsanya.
Dzulkarnain AS sangat dihormati dan berpengaruh di Timur dan di Barat dapat menunjukkan bahwa dia memerintah sebuah bangsa yang kekuasaannya berpengaruh luas di dunia. Oleh karena itu, dia adalah seorang pemimpin, menyadari tanggung jawabnya untuk membawa kedamaian, keadilan dan keamanan, tidak hanya bagi bangsanya sendiri, tetapi juga bagi setiap bagian dunia.
Cerita Dzulkarnain AS menunjukkan bahwa di Hari Akhir, tepat seperti masa kita sendiri, nilai-nilai Islam akan menguasai dunia ini.

Suatu penafsiran yang berbeda
Kemungkinan lain adalah bahwa cerita ini mengungkapkan berbagai peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
Di sisi Allah, seluruh waktu adalah satu. Masa depan, masa lalu, dan masa sekarang terjadi seluruhnya sekaligus. Di sejumlah ayat, berbagai peristiwa Hari Pembalasan di neraka dan surga diceritakan seolah-olah telah terjadi. Ayat berikut ini adalah contoh seperti itu.

Berkat teknologi satelit, dimungkinkan adanya pengambilan gambaran yang terpeinci tentang bumi, dan khususnya satelit-satelit intelijen mampu “mengamati” setiap negara dari dekat.

Dan ditiupkan sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang-benderanglah bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing), dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan (QS Az Zumar: 68-69)
Berbagai peristiwa yang dijelaskan dalam ayat ini disampaikan seolah-olah hal itu sudah terjadi, walaupun bagi kita, hal itu adalah peristiwa-peristiwa di masa depan yang belum terjadi. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa cerita Dzulkarnain AS berasal dari masa depan, yang diceritakan kepada kita dengan menggunakan kerangka waktu masa lalu.
Ayat kedelapan puluh empat mengatakan:'... Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.' Hal ini mungkin menunjukkan bahwa Dzulkarnain AS akan berkuasa di dunia di masa depan.


Berkat teknologi inframerah, seluruh jenis perangkat kriminal dapat dideteksi dengan mudah dan kejahatan yang dilakukan di kegelapan dapat diamati secara seksama seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar ini. Kemajuan penting telah dibuat dalam diagnosis berbagai penyakit.
Pada masa sekarang, seorang pemimpin atau bangsa yang mempunyai kekuasaan superpower di dunia harus memiliki teknologi komunikasi dan kekuataan umum. Karena seorang pemimpin tidak dapat mengendalikan seluruh hal sendiri, kita dapat mengangap bahwa dia berada di sebuah ibu kota dan mengendalikan wilayah lainnya melalui satelit dan alat-alat komunikasi lainnya. Seperti disebutkan dalam ayat kesembilan puluh lima, 'Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik," kemungkinan besar kekuasaan Dzulkarnain AS itu stabil dan kokoh. Apabila kita memperhatikan kisah ini dari sudut pandang ini, kita akan menyadari bahwa setiap ayat dapat mengungkapkan sebuah pesan yang berbeda. Misalnya, Dzulkarnain AS pertama-tama pergi pertama ke Barat, kemudian ke Timur dan kemudian kembali lagi. Ayat-ayat ini dapat berarti bahwa dia berkomunikasi dengan wilayah yang berbeda dengan mengubah saluran komunikasi yang dipancarkan dari satelit-satelit. Ayat-ayat ini berbicara terus-menerus tentang kata 'menemukan.' Dzulkarnain AS 'menemukan' sebuah masyarakat dekat ‘laut berlumpur’, dia 'menemukan' sebuah masyarakat di Timur yang tidak memiliki pemahaman. Tindakan 'menemukan' ini terjadi melalui proses mencari dan hal ini bisa jadi merupakan sebuah hasil temuan yang didasarkan pada pengamatan saluran satelit.
Ayat-ayat ini mengatakan bahwa orang-orang di Timur tidak memiliki perlindungan dari matahari. Apabila kita merenungkan informasi ini dari sudut pandang teknologi komunikasi, ada dua pesan yang mungkin di sini. Hal yang tersirat di sini bisa dua hal. Pertama, Dzulkarnain AS dapat menyaksikan atau mengumpulkan informasi intelijen melalui satelit dari berbagai wilayah (Allah-lah Yang Maha Tahu). Atau, dia melakukannya melalui teknologi inframerah yang digunakan di berbagai wilayah dewasa ini. Kamera-kamera inframerah digunakan dalam bidang kedokteran, patologi kriminal, meteorologi, kriminologi, intelijen, industri, dan bidang lainnya. Kamera-kamera ini juga dapat mengamati tubuh manusia secara mendalam.
Apabila Dzulkarnain AS ingin berbicara dengan sebuah bangsa, dia dapat melakukan hal itu melalui satelit dan pemancar televisi. Ini memungkinkannya belajar tentang berbagai hal yang dibutuhkan dan dikeluhkan rakyat tanpa melihat di mana mereka tinggal, dan kemudian mengatur wilayah-wilayah itu.
Persekongkolan Ya’juj dan Ma’juj dapat merupakan tindakan teror pada umumnya, atau kekacauan, atau bahkan dilakukan melalui pemancar komunikasi. Misalnya, persekongkolan itu dapat berupa gangguan atas pemancar-pemancar lainnya untuk menyiarkan persekongkolan tersebut. Dzulkarnain AS dapat mencegah pemancar dan persekongkolan seperti ini. Misalnya, dia dapat menggunakan tembaga dan besi yang disebutkan di ayat ini untuk menciptakan sebuah medan elektromagnetik dan mengganggu siaran radio dan televisi tersebut. Transformer yang dibuat dengan menggulung kabel-kabel tembaga di seluruh inti baja adalah salah satu sumber medan elektromagnetik. Sebuah medan elektromagnetik yang kuat dapat mengganggu siaran radio dan televisi.
Kemungkinan lain adalah berupa sebuah piringan satelit massal raksasa. Tujuan begitu besarnya piringan satelit itu adalah mengalahkan sistem pengganggu global Ya’juj dan Ma’juj. Permukaan piringan-piringan ini biasanya terdiri dari aluminium yang lebih ringan dan murah, yang bukan merupakan bahan ideal untuk dapat bekerja baik. Tembaga adalah sebuah konduktor yang jauh lebih baik, dan mungkin lebih disukai karena alasan ini. Akan tetapi, menutupi piringan raksasa ini dengan lembaran tembaga adalah suatu hal yang mustahil. Sebaliknya, memplat piringan itu dengan tembaga campuran akan menghasilkan piringan satelit dengan permukaan yang paling halus dan kinerja yang paling tinggi.
Dinding atau penghambat yang diciptakan melalui siaran yang saling bersaing atau menciptakan sebuah medan magnetik dapat diistilahkan sebagai sebuah ‘hambatan tidak terlihat.’ Sejumlah ilmuwan membaca kata ‘saddayn’ di ayat kesembilan puluh tiga sebagai ‘suddayn,’ dan ‘sadd’ di ayat berikutnya sebagai ‘sudd.’ Dalam kata pertama, maknanya bisa menjadi ‘hambatan terlihat’; di bagian kedua, berarti sebuah ‘hambatan tidak terlihat’ (Allah-lah Yang Maha Tahu).
'Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya,’ seperti dinyatakan di ayat sembilan puluh tujuh, bisa jadi menyebutkan ke hal ini karena Ya’juj dan Ma’juj berupaya mengatasi atau mengambat siaran pemancar ini. Secara mengesankan, bentuk arus yang digunakan stasiun pembajak yang melakukan siaran dalam bentuk gangguan atas siaran lainnya adalah ‘menangkis pancaran.'
Tentang pernyataan ‘hampir tidak dapat memahami pembicaraan’ dalam hal ini dapat berarti bahwa siaran satelit ini kadang-kadang tidak dipahami oleh sebagian orang. Ketika siaran itu terganggu, maka orang-orang itu tidak dapat memahami; tetapi ketika siaran kembali normal, mereka dapat memahami lagi (Allah-lah yang Maha Mengetahui).
Ungkapan ‘laut berlumpur hitam’ di ayat kedelapan puluh enam juga menarik karena melihat matahari terbenam di layar televisi tepat seperti melihat matahari yang tenggelam di dalam laut. Warna-warni di layar berubah ketika matahari tenggelam di atas laut, ini terlihat berwarna keabu-abuan di layar televisi. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang melihat hal ini, pemandangan terlihat seolah-olah tenggelam di dalam lautan berlumpur hitam. Ungkapan ‘aynin hami’e’ yang terdiri dari ‘ayn’ (mata air’ dan ‘hami’ (lumpur) dapat berarti pandangan yang kurang jelas ini.
Selain itu, hubungannya dengan Timur dan Barat dapat menunjukkan bahwa dia berhubungan dengan berbagai belahan dunia ini. Ketika matahari terbit di satu belahan dunia, maka matahari justru terbenam di belahan dunia lainnya.

NILAI NUMERIK (ABJAD) DI SEJUMLAH AYAT DI SURAT AL KAHFI MENUNJUKKAN WAKTU YANG SANGAT DEKAT DENGAN MASA KITA SENDIRI

Dan Kami telah meneguhkan hati mereka .... (QS Al Kahfi: 14)

1400 A.H. (Anno Hegirae, kalender Hijriyah) atau 1979 A.D. (Anno Domini, kalender Masehi)

Dia berkata, ‘Dzulkarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik ...’
(QS Al Kahfi: 95)
1409 A.H., atau1988 A.D. (tanpa shaddah)

Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu .... (QS Al Kahfi: 84)
1440 A.H., atau 2019 A.D. (dengan shaddah)
Sebuah tanda yang menunjukkan permulaan abad keempat belas hijriyah dan akhir abad kedua puluh dan permulaan abad dua puluh satu masehi adalah angka 1980 yang diperoleh dengan mengalikan jumlah Surat Al Kahfi dengan nomor urutan surat ini.
Bediuzzaman Said Nursi juga acapkali mengisyaratkan bahwa waktu ini adalah permulaan Hari Akhir. Dia berkata, misalnya:
Oleh karena itu, orang-orang yang kafir yang tidak mengetahui kebenaran ini berkata, ‘Mengapa para sahabat Nabi yang memiliki hati yang senantiasa waspada dan pandangan cermat dan telah diajarkan dengan seluruh keterangan hari akhir, menganggap sebuah kenyataan yang akan terjadi seribu empat ratus tahun kemudian akan dekat dengan abad mereka, meski gagasan mereka telah menyimpang ribuan tahun dari kebenaran?'9
Surat 18: Surat Al Kahfi (berisi 110 ayat) 18 x 110 = 1980

Bediuzzaman Said Nursi, dengan mengatakan ‘1400 tahun setelah’ Sahabat Nabi menunjukkan tahun-tahun sekitar tahun 1980-an sebagai hari akhir. Perlu dicatat di sini, dia mengatakan 1400, bukan 1373, 1378, dan bukan 1398. Dengan demikian, hal itu adalah abad keempat belas Hijriyah.
Surat Al Kahfi berisi berita yang sangat baik bagi umat Islam. Berita ini, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, mendekati kurun waktu penuh rahmat di Hari Akhir. Apabila Surat Al Kahfi dilihat dari sudut pandang ini, surat ini terlihat menunjukkan tahap-tahap yang berbeda, permulaan, perkembangan, dan kesimpulan Islam di Hari Akhir yang mencapai puncaknya dalam kekuasaan Islam dan berakhir dengan kedatangan ‘Isa AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar