Selasa, 17 Agustus 2010

Pembagian pasukan

Pembagian pasukan
Muhammad merasa bersyukur kepada Tuhan karena pintu Mekah kini telah terbuka. Tetapi sungguhpun demikian ia tetap selalu waspada dan berhati-hati. Diperintahkannya pasukannya supaya dipecah menjadi empat bagian. Diperintahkan kepada mereka semua supaya jangan melakukan pertempuran, jangan sampai meneteskan darah, kecuali jika sangat terpaksa sekali. Zubair bin'l-'Awwam dalam memimpin pasukan Islam ditempatkan pada sayap kiri dan diperintahkan memasuki Mekah dari sebelah utara. Khalid bin'l-Walid ditempatkan pada sayap kanan dan diperintahkan supaya memasuki Mekah dari jurusan bawah. Sa'd b. 'Ubada yang memimpin orang Medinah supaya memasuki Mekah dari sebelah barat, sedang Abu 'Ubaida bin'l-Jarrah oleh Muhammad ditempatkan ke dalam barisan Muhajirin dan bersama-sama memasuki Mekah dari bagian atas, di kaki gunung Hind.

Sementara mereka sedang dalam persiapan demikian itu, tiba-tiba terdengar Said b. 'Ubada berkata: "Hari ini adalah hari perang. Hari dibolehkannya segala yang terlarang ..."

Dalam hal ini ia telah melanggar perintah Nabi, bahwa kaum Muslimin tidak boleh membunuh penduduk Mekah. Oleh karena itu, ketika Nabi mengetahui apa yang dikatakan oleh Sa'd itu, terpikir olehnya akan mengambil bendera yang ada di tangannya dan menyerahkannya kepada anaknya, Qais. Qais adalah laki-laki yang bertubuh besar, tapi ia lebih tenang dari ayahnya.

Ketika pasukan sudah memasuki kota, dari pihak Mekah tidak ada perlawanan, kecuali pasukan Khalid bin'l-Walid yang berhadapan dengan perlawanan dari mereka yang tinggal di daerah bagian bawah Mekah. Mereka ini terdiri dari orang-orang Quraisy yang paling keras memusuhi Muhammad dan yang ikut serta dengan Banu Bakr melanggar Perjanjian Hudaibiya dengan mengadakan serangan terhadap Khuza'a. Mereka ini tidak mau memenuhi seruan Abu Sufyan. Bahkan mereka telah menyiapkan diri hendak berperang, sementara yang lain dari golongan mereka ini juga telah bersiap-siap pula hendak melarikan diri. Mereka dipimpin oleh Safwan, Suhail dan 'Ikrima b. Abi Jahl. Bilamana pasukan Khalid ini datang, mereka menghujaninya dengan serangan panah. Tetapi secepat itu pula Khalid berhasil meneerai-beraikan mereka. Sungguhpun begitu dua orang dari anak buahnya tewas, karena mereka ini ternyata sesat jalan dan terpisah dari induk pasukannya, sementara pihak Quraisy kehilangan tigabelas orang, menurut satu sumber, atau duapuluh delapan orang, menurut sumber yang lain.

Melihat malapetaka yang sekarang sedang menimpa mereka ini, Shafwan, Suhail dan 'Ikrima cepat-cepat angkat kaki melarikan diri, dengan meninggalkan orang-orang yang tadinya mereka kerahkan mengadakan perlawanan menghadapi kekuatan dan pukulan Khalid yang heroik itu. Dalam pada itu Muhammad dengan pasukan Muhajirin yang kini di atas sebuah dataran tinggi itu, sedang menyusur turun menuju ke Mekah, dengan keyakinan hati hendak membebaskannya dalam keadaan aman dan damai. Dilihatnya kota itu dengan segala isinya, dilihatnya pula kilatan pedang di bagian bawah kota serta pasukan Khalid yang sedang mengejar-ngejar mereka yang menyerangnya itu. Disini ia merasa sedih sekali dan berteriak geram dengan mengingatkan kembali akan perintahnya untuk tidak mengadakan pertempuran. Setelah diketahuinya kemudian apa yang telah terjadi, teringat ia bahwa yang sudah dikehendaki Tuhan itulah yang baik.

KH.MAHRUS ALY ( Ulama Ahli hadist dan Pejuang )


Pondok Pesantren lirboyo Kediri Jawa Timur

Seorang teman mengajak saya mengunjungi Pondok Pesantren Lirboyo di kediri jawa Timur dan kebetulan disana menggelar acara satu Abab Pesantren Lirboy0. Namun sayang banyak  sekali kerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan. Hati saya ingin sekali menghadiri acara tersebut dan dapat memandang para Ulama-ulama yang datang ke acara tersebut. Saya membayangkan suasana di pesantren Lirboyo yang genap memasuki 100 tahun dan telah mencetak Ratusan Ulama-ulama ternama dan tersebar di pelosok Nusantara , termasuk salah seorang guru saya Almarhum Kh.Ishomuddin ( Gus Ishom ).
Kh.Mahrus Aly
Salah seorang Tokoh Ulama penerus Pondok Pesantren Lirboyo adalah Kh.Mahrus Aly, putra dari seorang Ulama bernama Kh Aly. Lahir di Cirebon tahun 1906 , ibunya bernama Nyai Chasinah . Sejak kecil Kh Mahrus Aly hidup dalam lingkungan pesantren dan Beliau gemar menuntut ilmu terutama Ilmu Hadist dan Ilmu Nahwu shorof. Usia remaja Kh Mahrus telah hapal 1000 Bait Nadzhom Kitab Alfiyah Ibnu malik dan pernah juga melakukan debat Nahwu shorof dengan seorang Habib dari Yaman Hadro maut. Suatu ketika Kakaknya yang bernama Kh.ahmad Afifi mengadakan lomba hapalan dan pemahaman kitab Alfiyah , namun Kh Mahrus kalah dan merasa malu dengan keluarganya, hingga akhirnya Kh mahrus pergi meninggalkan rumah tanpa minta Izin kepada keluarganya, dan tentu saja membuat sedih sang ibundanya Nyai Chasinah. Maka sepanjang hari ibunya bermunajat kepada Allah agar anaknya Kh.mahrus Aly yang meninggalkan rumah dan keluarganya di jadikan ulama yang alim .
Kh.Mahrus Aly menimba ilmu Pada Kh.Cholil pengasuh pondok pesantren kasingan , begitu memasuki gerbang pondok , Kh.Mahrus Aly di sambut oleh para santri yang telah berbaris , bercampur heran Kh.Mahrus tetap melangkah memasuki pondok , belakangan diketahui bahwa telah tersyiar kabar bahwa dipondok Kasingan akan kedatangan seorang Ahli hadis bernama Mahrus Aly. Sambutan yang luar biasa dari para santri tidak membuat dirinya besar kepala , beliau disamping menimba ilmu kepada Kyai juga mengajar para Santri  maka tak heran bila Kh.Mahrus diangkat menjadi “Lurah Pondok” . Hampir lima tahun menimba ilmu di Pondok Kasingan  kemudian Kh.Mahrus Aly minta Izin kepada gurunya untuk pulang kerumahnya . Ketika sampai dirumahnya di Gedongan Kh.Mahrus Aly lagi lagi mendapat sambutan dari para santri dan keluarganya dengan penuh penghormatan . Mereka para santri kagum akan kecerdasan Kh Mahrus Aly dalam memahami Kitab Alfiyah . Rupanya Allah memberikan Futuh (Pembuka hati & Ilmu ) berkat doa Munajat dan riyadhoh sang Ibu kepada dirinya.
Tak puas dengan bekal ilmu yang dimiliki, Kh Mahrus aly  meminta izin kepada ibunya untuk menimba Imu di Pesantren Lirboyo, Tahun 1936 Kh Mahrus Aly belajar di Lirboyo di bawah asuhan Kh.Abdul karim . Melihat kecerdasan yang dimiliki Kh Mahrus Aly membuat gurunya terkagum kagum dan jatuh hati pada Kh.Mahrus Aly, maka sang Guru meminta kepada Kh Mahrus Aly untuk mau menjadi mantunya. Maka tahun 1938 Kh.Mahrus Aly menikah dengan putri gurunya bernama zainab. Kh Mahrus aly sangat mencintai ilmu maka tak heran Beliau selalu berpindah pindah dari pesantren yang satu kepesantren yang lain , hal ini beliau lakukan sekedar bertabarruk kepada para ulama seperti ke Pondok pesantren tebuireng (Kh.Hasyim asyari), Pondok-Pesantren Watu congol muntilan Magelang(Kh Dalhar) pondok pesantren Langitan tuban dll.
Kh.Mahrus Aly juga dikenal sebagai Ulama pejuang , beliau pernah memimpin para santri Lirboyo untuk Berjihad melawan tentara sekutu di Surabaya. H. Mahfudzseorang Komandan Peta (pembela tanah air ) yang mula-mula menyampaikan berita gembira tentang kemerdekaan Indonesia  itu kepada KH. Mahrus Ali, lalu diumumkan kepada seluruh santri lirboyo  dalam pertemuan diserambi masjid. Dalam pertemuan itu pula, para santri lirboyo  diajak melucuti senjata Kompitai Dai Nippon yang bermarkas di Kediri (markas itu kini dikenal dengan dengan Markas Brigif 16 Brawijaya Kodam Brawijaya) .
Tepat pada jam 22.00 berangkatlah para santri Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran dibawah komando KH. Mahrus Aly dan  Mayor H Mahfudz. Sebelum penyerbuan dimulai, seorang santri yang bernama Syafi’I Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun  menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu adalah untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup, Syafi’i segera melapor kepada KH. Mahrus Ali dan Mayor H Mahfudz. Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul 01.00 dini hari dan berakhir ketika Mayor Mahfudz menerima kunci gudang senjata dari komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang  lebar. Dalam penyerbuan itu , gema Takbir “Allohuakbar ” berkumandang menambah semangat juang para Santri , aroma Surga dan Mati syahid telah mereka rindukan,  pada  akhirnya penyerbuan itu sukses dengan gemilang.
Selang beberapa lama, Mayor H.Mahfud melapor kemabli kepada Kh .Mahrus Aly di Lirboyo bahwa Tentara sekutu yang memboncengi Belanda telah merampas kemerdekaan dan Surabaya banjir darah pejuangan . Maka Kh.Mahrus  Aly mengatakan bahwa kemerdekaan harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan. Kemudian KH. Mahrus Aly mengintruksikan kepada santri lirboyo untuk berjihad kemabli mengusir tentara Sekutu di Surabaya. Maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim ke Surabaya untuk bergabung dengan Muhahid lainya. Dengan gagah Kh Mahrus Aly berangkat bersama dengan para santri santri Lirboyo untuk berjuang merampas kembali kemerdekaan Indonesia.
Hari senin KH. Mahrus Aly berpulang kerahmatullah, Tanggal 06 Ramadlan 1405 H atau  26 Mei 1985, tepat delapan hari setelah beliau dirawat di rumah sakit di  surabaya. Linangan air mata dari para santri Lirboyo melepas kepergian sang Kyia.

Kitab Aqidatul Awam Syair syair tauhid dari Rosululloh saw

Dua minggu yang lalu saya  menghadiri Peringatan Maulid di Majlis Ta’lim al afaf pimpinan Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf yang diselenggarakan ba’da sholat subuh dan dimulai dengan Sholat subuh berjamaah. Ada sesuatu yang menarik hati saya dalam peringatan Maulid kali ini. Setiap jamaah mendapat sebuah kitab Terjamah “Nadzhom Aqidatul Awam” yang dibagikan secara gratis ,dan ini merupakan amanat dari Sayyidul walid Habib Abdurrahman Assegaf kepada putra-putranya untuk mensyiarkan Kitab Aqidatul awam dan saya termasuk  yang mendapat kitab tersebut.
Alarif Billah Habib Abdurahman Assegaf bersama putranya
Lalu saya teringat kepada salah seorang guru saya yang bernama Kh.Taufik Kholil yang telah mengajarkan saya Kitab Aqidatul awam tersebut dan menerintahkan saya untuk menghafalnya namun Tidak sampai tuntas saya belajar kitab tersebut.
Kitab Nazhom Aqidatul awam karangan Syech Ahmad al marzuqi bermula dari mimpi Syech Ahmad Marzuki  pada malam jumat pertama di bulan Rajab tahun 1258  yang bertemu dengan Rosululloh saw dan para sahabatnya, dalam mimpi tersebut Rosululloh saw berkata kepada Syech Ahmad al marzuki “Tulislah Nadzhom Tauhid “  barang siapa yang menghafalnya dia akan masuk kedalam surga dan mendapatkan segala macam kebaikan yang sesuai dengan Al quran dan Sunnah .” Syech Ahmad marzuki pun bingung dan bertanya kepada Rosululloh saw ” Nadzhom apa ya Rosululloh..??. Para sahabat menjawab ” Dengarkan saja apa yang akan Rosululloh saw ucapkan ” . Nabi Muhammad saw berkata ” Ucapkan..

أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَنِ

Maka Syech Ahmad Marzukipun mengucapkan

أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَنِ

Sampai dengan akhir Nadzhom yaitu

وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ

فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ

Nabi Muhammad saw pada saat itu mendengarkan bacaan Syech Ahmad almarzuki, maka saat itupula Syech Ahmad al marzuki terbangun dari tidurnya dan Beliau baca apa apa yang terjadi dalam mimpinya, dan ternyata Nadzhom tersebut telah terekam rapih dari awal sampai akhir nadzhom.
Nadzhom tauhid yang telah diberikan Rosululloh kepada Syech Ahmad marzuki , beliau tuangkan dalam sebuah kitab yang diberi nama “Aqidatul Awam” ( Aqidah untuk orang awam ) . Selang beberapa waktu lamanya Syech Ahmad Al marzuki bermimpi kembali bertemu dengan Rosululloh saw , dan Rosululloh saw berkata ” Bacalah apa yang telah kau kumpulkan di hatimu ( pikiranmu)”, lalu Syech Ahmad Marzuki berdiri membacanya dari awal sampai akhir Nadzhom  dan para Sahabat rosululloh di samping nabi muhammad saw mengucapkan “Amiin” pada setiap bait bait nadzhom ini dibacakan . Setelah selesai Syech Ahmad Marzuki menyelesaikan bacaanya, nabi Muhammad saw bekata kepadanya dan mendokannnya:” Semoga Alloh memberimu Taufiq kepada hal-hal yang menjadi Ridho-Nya dan menerimanya itu darimu dan memberkahi kamu dan segenap orang mukmin dan menjadikannya berguna kepada Hamba hamba Alloh swt amiinn”.
Kitab Nadzhom Aqidatul awam semula hanya berisi  26 bait , namun karena rasa cinta dan rindunya Syech Ahmad marzuki kepada nabi Muhammad saw maka beliau menambahkan hingga mencapai 57 Bait Nadzhom.
Nama lengkap beliau Syekh Ahmad bin Muhammad bin Sayid Ramadhan Mansyur bin Sayid Muhammad al-Marzuqi Al-Hasani,  dilahirkan sekitar tahun 1205 H di mesir , Beliau sepanjang waktu bertugas mengajar Masjid Mekkah karena kepandaian dan kecerdasannya Syech Ahmad Marzuki diangkat menjadi Mufti Mazhab Almaliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261, Syech Ahmad marzuki juga terkenal sebagai seorang Pujangga dan dijuluki dengan panggilan Abu Alfauzi.
Kitab Nadzhom Aqidatul awam berisi pokok-pokok keyakinan ajaran Islam yang dijadikan sebagai pijakan bagi kaum muslimin . Di dalamnya menjelaskan tentang ilmu tauhid dan dasar-dasarnya. Ilmu tauhid ini menjelaskan tentang keesaan Allah dan pembuktiannya. Dalam kitab tersebut menjelaskan sifat-sifat Allah, atau yang disebut aqoid lima puluh.
Aqoid lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul. Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam kitab  Aqidatul Awam.
Kewajiban mengetahui 50 keyakinan tersebut diperuntukkan, baik bagi laki-laki maupun perempuan yang telah mukallaf. Kewajiban mengetahui 50 kayakinan tersebut tak hanya untuk diketahui tapi juga dimengerti, sehingga umat Islam bisa mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat, yang hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar.
Kitab Nadzhom Aqidatul awam banyak diajarkan di pesantren dan Majlis ta’lim dan merupakan dasar dasar ketauhidan yang harus dipahami oleh setiap muslim. Bahkan Syech Nawawi Assyafi”i memandang penting untuk mempelajari Kitab Aqidatul awam karena setiap mukallaf wajib mengetahui sifat sifat Alloh  dengan mengenal Sifat Alloh maka dia akan mengenal dirinya begitu juga sebaliknya ( barang siapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhan-nya) jika sudah mengenal Alloh maka dia akan senantiasa Taat  dalam menjalankan semua perintah Alloh dan Rosulnya dan menjauhi segala larangannnya. Dan Syech Nawawi Assyafi’i pun mengkomentari Kitab Aqidatul awam tersebut dalam sebuah kitab bernama “Nurudz zholam”.
download kitab Aqidatul awam  disiniAqidatul Awam

GUS DUR DIBENCI DAN DICINTAI

Tulisan ini saya angkat atas kekaguman saya  pada Gus dur sosok ulama, sosok politikus yang sekuler , sosok negarawan . Terkadang saya sendiri kurang setuju terhadap beberapa pola pikir Gur dur yang selalu melawan arus dan cendrung dianggap merugikan umat islam . Tapi itulah Gus dur pola pemikirannya yang  jenius  jauh melesat. Sulit dicerna oleh orang awam seperti saya. Baru beberapa tahun kemudian apa yang dipikirkan Gus dur terbukti kebenarannya. Kejeniusan Gus dur tak lepas dari khazanah bacaan yang terekam dalam otaknya maka tak heran Gus dur mampu menangkap dengan cepat dan cerdas sumber ilmu yang ia pelajari. Kecerdasan inilah yang kemudian oleh warga NU diyakini Gus dur memiliki ilmu LADUNNI (Ilmu yang diperoleh dari Alloh tanpa belajar ) bahkan ada yang meyakini bahwa Gus dur sosok Auliyaillah (wali) hingga saat ini Makam Gus dur di tebuireng masih ramai dikunjungi para peziarah yang datang dari berbagai pelosok di nusantara.
Suatu hari seorang ulama ahli tarekat bernama Syech Nazhim al haqqani berkunjung ke Indonesia dan ditanya oleh jamaah “apakah Gus dur itu wali ? jawab Syech Nazhim al haqqani ‘Lihatlah nanti ketika Gus Dur meninggal, benar saja ketika Gus dur meninggal ribuan orang mengiringi prosesi pemakamannya dan makamnya tak pernah sepi di ziarahi oleh umat yang mencintai Gus dur.
Kelugasan dan kepolosan Gus Dur dalam membuat pernyataan merupakan kekuatan yang dimilikinya , namun tentu saja memiliki implikasi yang negatif bagi orang lain. Aroma mistis spritual selalu melekat dalam diri Gus Dur . Bisikan bisikan yang katanya merupakan “Suara Langit” selalu gus dur kemukakan hal tersebut bagi orang lain dapat diartikan menentramkan atau sebaliknya justru meremehkan dan membuat gerah orang. Gus dur kadang sulit dimbangi dengan langkah langkah taktisnya, sehingga terkesan emosional, meskipun demikian orang berusaha memakluminya  penyampaian gagasan dengan ceplas ceplos  dan humoris merupakan langkah jenius Gus dur melintas batas menembus ketegangan , gus dur sanggup menjalin silahturahim  dengan segala perbedaan perbedaan.
Sebagai politikus dan pejuang Gus Dur selalu dapat membedakan antara urusan politik dan hubungan pribadi. Dia bisa keras, tegas, dan cenderung berkepala batu dalam sikap-sikap politiknya, tetapi selalu menjaga hubungan pribadi melalui silaturahmi yang selalu hangat dan bersahabat. Bukan hanya kawan politiknya yang diakrabi, tetapi lawan-lawan politiknya pun dihormati dengan silaturahmi. Kita tentu masih ingat nama Abu Hasan, pesaing Gus Dur dalam perebutan kursi Ketua Umum PBNU pada Muktamar NU (1994) di Cipasung.
Sebagai calon ketua umum yang menurut berita diskenariokan oleh kekuatan luar  ( alat politik suharto ) untuk menjinakkan NU, Abu Hasan ngotot untuk menjadi Ketua Umum PBNU. Setelah kalah dalam pemilihan yang demokratis di muktamar Abu Hasan tidak mau terima. Dia pun membentuk PBNU tandingan dengan nama KPPNU. Namun berkat dukungan arus bawah dan para kyai kyia kampung  terhadap Gus Dur, meski memakan waktu agak lama, akhirnya KPPNU itu bubar tanpa komunike karena tak bisa bekerja tanpa dukungan umat. Yang mengharukan, setelah KPPNU runtuh dan PBNU di bawah Gus Dur berjaya, justru Gus Dur-lah yang datang pertama kali  bersilaturahmi ke rumah Abu Hasan tanpa mengungkit kelakuan dan cercaan-cercaan pedas yang pernah dilontarkan Abu Hasan terhadap dirinya.
Dirangkulnya Abu Hasan sebagai sahabatnya. Ketika terjadi konflik PKB Jawa Timur yang melibatkan Kiai Fawaid. Saat itu Kiai Fawaid terpilih sebagai Ketua Dewan Syura PKB Jawa Timur, tetapi tidak ada kecocokan dengan Gus Dur dan Ketua PKB Jawa Timur Choirul Anam dalam susunan kepengurusan. Kiai Fawaid merasa hak-haknya sebagai Ketua Dewan Syura hasil musyawarah wilayah (muswil) dilanggar, apalagi Gus Dur sempat marah dan menyatakan tak akan berhubungan lagi dengan Kiai Fawaid.
Pewaris tokoh NU karismatik Kiai As’ad Syamsul Arifin itu pun keluar dari PKB dan bergabung dengan PPP. Pada saat Kiai Fawaid bersikap keras dan resmi menyatakan bergabung ke PPP, Gus Dur tetap menyambung silaturahminya dengan Kiai Fawaid. Pada suatu tengah malam secara mendadak Gus Dur berkunjung ke rumah Kiai Fawaid di Sukorejo meskipun harus menempuh perjalanan darat yang sangat jauh. Gus Dur menghormati pilihan Kiai Fawaid keluar dari PKB dan silaturahmi terus dipelihara.
Pernah suatu ketika Gus dur menjadi presiden mampir kerumah Hanafi Asnan yang waktu itu menjabat Kepala Staf Angkatan Udara , pada waktu itu acara tanam seribu pohon di wilayah madura bersama mentri kehutanan marzuki usman , acara yang di telah di rencanakan oleh protokol kepresidenan tiba tiba gus dur menyelipkan acara berkunjung silahturahim ke rumah Hanafi asnan bangkalan madura, Meski diberi tahu bahwa KSAU Hanafi Asnan tak ikut dalam rombongan, Gus Dur mengatakan bahwa dirinya akan bersilaturahmi kepada ibunya Pak Hanafi , Padahal Gus Dur tak pernah kenal dengan ibunda Hanafi kecuali bahwa Hanafi adalah bawahannya yang berasal dari Madura, bukan main terharunya  Ksau Hanafi asnan bahwa yang mampir menemui ibandanya adalah seorang presiden.
Itulah sisi lain kehidupan Gus Dur yang jarang diperhatikan orang, yakni suka bersilaturahmi kepada siapa pun. Banyak yang meyakini bahwa kegemaran bersilaturahmi tanpa jarak “antara orang besar dan orang biasa” itulah yang mengakibatkan Gus Dur menjadi milik dan dicintai oleh begitu banyak orang.
Gus Dur tak pernah lelah bersilaturahmi kepada siapa pun, mulai dari kota besar sampai ke desa terpencil, mulai dari sahabat karib sampai ke lawan-lawan politik, mulai dari orang-orang besar sampai orang-orang kecil.
Jadi selain karena modal politik- sosiologisnya sebagai tokoh yang berdarah biru NU, kecerdasan dan kepandaiannya yang luar biasa, kehidupannya yang bersahaja, serta keterbukaan dan kesantunannya terhadap semua golongan, perihal kegemaran untuk selalu bersilaturahmi menjadi penguat bagi munculnya keseganan dan kecintaan masyarakat terhadap Gus Dur.
Prof DR kh Said Aqil Siraj pernah bercerita bahwa suatu hari dirinya bersama Gus dur pergi ke Madinah untuk berziarah , waktu malam tiba Gus dur mengajak dirinya berkeliling masjid untuk mencari seorang “Waliyulloh”, setelah berkeliling akhirnya Kh said menunjuk sesorang yang menggunakan imamah dan keningnya hitam bekas sujud ‘”apakah itu wali Gus ? kata Kh said aqil. ” Bukan ….dia bukan Wali ” kata Gus Dus, setelah berkeliling keliling dimasjid madinah Gus dur menghentikan langkahnya dan menunjuk bahwa orang yang di depannya ini adalah wali, sesorang yang hanya menggunakan sorban biasa dan duduk diatas sajadah, lalu kh said aqil meminta kepada orang yang di tunjuk Gus dur wali itu tersebut untuk mendoakan Gus dur dan dirinya, Lalu orang tersebut mendoakan Gus dur agar sukses dan di ridoi , selesai berdoa orang tersebut pergi sambil menarik sejadahnya dan berkata ” Ya Alloh dosa apa saya , sehingga maqom dan  kedudukan saya di ketahui orang. la yariful wali  illa biwalli . wallohu a’lam

Pengaruh Mu'ta

Pengaruh Mu'ta
DI BAWAH pimpinan Khalid bin'l-Walid pasukan Muslimin kini kembali pulang setelah terjadi peristiwa Mu'ta itu. Mereka kembali tidak membawa kemenangan, juga tidak membawa kekalahan. Mereka kembali pulang dengan senang hati.

Penarikan mundur ini setelah - Zaid b. Haritha, Ja'far b. Abi Talib dan Abdullah b. Rawaha tewas - telah meninggalkan kesan yang berlain-lainan sekali pada pihak Rumawi, pada pihak Muslimin yang tinggal di Medinah dan pada pihak Quraisy di Mekah. Rumawi merasa gembira sekali dengan penarikan mundur pasukan Muslimin itu. Mereka sudah merasa bersyukur, sebab pertempuran itu tidak sampai berlangsung lama, meskipun tentara Rumawi terdiri dari seratus ribu menurut satu sumber, - atau dua ratus ribu menurut sumber yang lain, - sementara pasukan Muslimin terdiri dari tiga ribu orang. Kegembiraan pihak Rumawi itu - baik disebabkan oleh ketangkasan Khalid bin'l-Walid dalam bertahan mati-matian dengan kekuatannya dalam mengadakan serangan, sehingga ia menghabiskan sembilan pedang yang patah di tangannya ketika bertempur setelah tewasnya tiga sahabatnya itu, atau disebabkan oleh kecerdikannya dalam mengatur dan membagi-bagi pasukannya pada hari kedua dan yang telah menimbulkan hiruk-pikuk sehingga pihak Rumawi mengira bahwa bala bantuan telah didatangkan dari Medinah - namun kabilah-kabilah Arab yang tinggal di perbatasan dengan Syam sangat kagum sekali melihat tindakan Muslimin ketika itu.

Tersebarnya Islam di sebelah utara

Tersebarnya Islam di sebelah utara
Karena peristiwa itu pula salah seorang pemimpin mereka (Farwa b. 'Amr al-Judhami, seorang komandan pasukan Rumawi) langsung menyatakan diri masuk Islam. Akan tetapi, atas perintah Heraklius dia kemudian ditangkap dengan tuduhan berkhianat. Sungguh pun begitu Heraklius masih bersedia membebaskannya kembali asal saja ia mau kembali ke dalam pangkuan agama Nasrani, bahkan ia bersedia mengembalikannya pada jabatan semula sebagai komandan pasukan. Tetapi Farwa menolak dan tetap menolak dengan tetap bertahan dalam keislamannya, sehingga akhirnya ia dibunuh juga. Tetapi karena itu pula Islam makin luas tersebar di kalangan kabilah-kabilah Najd yang berbatasan dengan Irak dan Syam. Ketika itu di sana Rumawi sedang berada dalam puncak kekuasaannya.

Dengan bertambah banyaknya orang masuk ke dalam agama baru ini Kerajaan Bizantium makin goyah kedudukannya, sehingga ada penguasa Heraklius, yang bertugas membayar gaji militer, ketika itu berkata lantang kepada orang-orang Arab Syam yang ikut dalam perang; "Lebih baik kalian menarik diri. Kerajaan dengan susah payah baru dapat membayar gaji angkatan perangnya. Untuk makanan anjingnya pun sudah tidak ada."

Tidak heran kalau mereka lalu meninggalkan kerajaan dan meninggalkan angkatan perangnya. Sebaliknya, agama baru ini makin cemerlang sinarnya memancar dihadapan mereka, yang akan mengantarkan mereka kepada kebenaran yang lebih tinggi, yang akan menjadi tujuan umat manusia. Itu pula sebabnya, selama waktu itu saja ribuan orang telah masuk Islam, yang terdiri dari kabilah Sulaim dengan pemimpinnya Al-'Abbas ibn Mirdas, kabilah-kabilah Asyja' dan Ghatafan yang dahulu sudah bersekutu dengan Yahudi sampai hancurnya Yahudi di Khaibar, demikian juga kabilah-kabilah 'Abs, Dhubyan dan Fazara. Peristiwa Mu'ta ini jugalah yang telah imemudahkan persoalan bagi Muslimin di bagian utara Medinah sampai ke perbatasan Syam itu, dan ini pula yang telah membuat Islam lebih terpandang dan lebih kuat.

Akan tetapi buat Muslimin yang tinggal di Medinah pengaruhnya lain lagi. Bilamana mereka melihat Khalid dan pasukannya kembali dari perbatasan Syam tidak membawa kemenangan atas pasukan Heraklius, mereka bersorak-sorak mengatakan: "He orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!" Beberapa orang anggota pasukan itu merasa demikian malu sampai ada yang tidak berani keluar rumah, supaya jangan lagi diperolok-olok oleh anak-anak dan pemuda-pemuda Muslimin dengan tuduhan melarikan diri itu.

Sebaliknya di mata Quraisy, akibat Mu'ta itu dipandang oleh mereka sebagai suatu kehancuran dan pukulan berat buat Muslimin, sehingga tak ada lagi orang yang mau menghiraukan mereka atau menganggap penting segala perjanjian dengan mereka. Biarlah keadaan kembali seperti sebelum 'umrat'l-qadza'. Biarlah keadaan kembali seperti sebelum Perjanjian Hudaibiya. Biarlah orang-orang Quraisy kembali lagi menyerang kaum Muslimin dan siapa saja yang masih terikat perjanjian dengan mereka tanpa harus merasa takut ada tindakan hukum dari Muhammad.

Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiya

Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiya
Perdamaian Hudaibiya antara lain sudah menentukan, bahwa barangsiapa yang ingin masuk kedalam persekutuan dengan Muhammad boleh saja, dan barangsiapa ingin masuk kedalam persekutuan dengan pihak Quraisy juga boleh. Ketika itu Khuza'a masuk bersekutu dengan Muhammad sedang Banu Bakr dengan pihak Quraisy. Sebenarnya antara Khuza'a dengan Banu Bakr ini sudah lama timbul permusuhan yang baru reda setelah ada perjanjian Hudaibiya, masing-masing kabilah menggabungkan diri dengan pihak yang mengadakan perdamaian itu.

Dengan adanya peristiwa yang telah terjadi di Mu'ta itu, sekarang terbayang oleh Quraisy bahwa Muslimin pasti mengalami kehancuran. Sudah terbayang oleh Banu'd-Dil, sebagai bagian dari Banu Bakr b. 'Abd Manat, bahwa sekarang sudah tiba waktunya akan membalas dendam lamanya kepada Khuza'a, ditambah lagi memang ada segolongan orang dari pihak Quraisy yang ikut mendorong, diantaranya 'Ikrima b. Abi Jahl dan beberapa orang pemimpin Quraisy lainnya yang sekalian memberikan bantuan senjata.

Khuza'a meminta bantuan Nabi

Khuza'a meminta bantuan Nabi
Malam itu pihak Khuza'a sedang berada di tempat pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama al-Watir, oleh pihak Banu Bakr mereka diserang dengan tiba-tiba sekali dan beberapa orang dari pihak Khuza'a dibunuh. Sekarang Khuza'a lari ke Mekah, berlindung kepada keluarga Budail b. Warqa, dengan mengadukan perbuatan Quraisy dan Banu Bakr yang telah melanggar perjanjian dengan Rasulullah itu. Untuk itu 'Amr b. Salim dari Khuza'a cepat-eepat pula pergi ke Medinah. Dan bila ia sudah menghadap Muhammad yang ketika itu sedang dalam mesjid dengan beberapa orang, diceritakannya apa yang telah terjadi itu dan ia meminta pertolongannya.

"'Amr b. Salim, mesti engkau dibela," kata Rasulullah.

Sesudah itu Budail b. Warqa, bersama beberapa orang dari pihak Khuza'a kemudian berangkat pula ke Medinah. Mereka melaporkan kepada Nabi mengenai nasib yang mereka alami itu serta adanya dukungan Quraisy kepada Banu Bakr. Melihat apa yang telah dilakukan Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak ada jalan lain menurut Nabi, Mekah harus dibebaskan. Untuk itu ia bermaksud mengutus orang kepada kaum Muslimin di seluruh jazirah supaya bersiap-siap menantikan panggilan yang belum mereka ketahui apa tujuannya panggilan demikian itu.

Orang bijaksana Quraisy cemas

Orang bijaksana Quraisy cemas
Sebaliknya orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di kalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya apa yang akan timbul akibat tindakan 'Ikrima dan kawan-kawannya dari kalangan pemuda itu. Kini persetujuan Hudaibiya sudah dilanggar, dan pengaruh Muhammad di seluruh jazirah sekarang sudah bertambah kuat. Sekiranya apa yang telah terjadi itu dipikirkan, bahwa pihak Khuza'a akan menuntut balas terhadap penduduk Mekah, pasti Kota Suci itu akan sangat terancam bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang?

Mereka mengutus Abu Sufyan ke Medinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat kembali dan diperpanjang waktunya. Barangkali waktu yang sudah itu berlaku untuk dua tahun, sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun.

Abu Sufyan di Medinah

Abu Sufyan di Medinah
Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini berangkat menuju Medinah. Ketika sampai di 'Usfan dalam perjalanannya itu ia bertemu dengan Budail b. Warqa, dan rombongannya. Ia kuatir Budail sudah menemui Muhammad dan melaporkan apa yang telah terjadi. Hal ini akan lebih mempersulit tugasnya. Tetapi Budail membantah bahwa ia telah menemui Muhammad. Sungguhpun begitu, dari kotoran binatang tunggangan Budail itu ia mengetahui, bahwa orang itu memang dari Medinah. Oleh karena itulah, ia tidak akan langsung menemui Muhammad lebih dulu, melainkan akan menuju ke rumah puterinya, Umm Habiba, isteri Nabi.

Mungkin ia (Umm Habiba) memang sudah mengetahui rasa kasih sayang Nabi kepada Quraisy meskipun ia belum mengetahui apa yang sudah menjadi keputusannya mengenai Mekah. Dan mungkin juga semua Muslimin yang ada di Medinah demikian.

Waktu itu Abu Sutyan sudah akan duduk di lapik yang biasa diduduki Nabi, tapi oleh Umm Habiba lapik itu segera dilipatnya. Lalu oleh ayahnya ia ditanya, melipat lapik itu karena ia sayang kepada ayah, ataukah karena sayang kepada lapik.

"Ini lapik Rasulullah s.a.w.," jawabnya. "Ayah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di tempat itu."

"Sungguh engkau akan mendapat celaka, anakku," kata Abu Sufyan. Lalu ia keluar dengan marah.

Kegagalan misi Abu Sufyan

Kegagalan misi Abu Sufyan
Sesudah itu ia pergi menemui Muhammad, bicara mengenai perjanjian serta perpanjangan waktunya. Tetapi Nabi tidak memberikan jawaban samasekali. Selanjutnya ia pergi menemui Abu Bakr supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. Tetapi Abu Bakr juga menolak. Sekarang Umar bin'l-Khattab yang dijumpainya. Tetapi Umar memberikan jawaban yang cukup keras: "Aku mau menjadi perantara kamu kepada Rasulullah? Sungguh, kalau yang ada padaku hanya remah, pasti dengan itu pun akan kulawan engkau." Seterusnya ia menemui Ali b. Abi Talib, dan Fatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya maksud kedatangannya itu dan dimintanya supaya ia menjadi perantaranya kepada Rasul. Tetapi Ali mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak ada orang yang akan dapat menyuruh Muhammad menarik kembali sesuatu yang sudah menjadi keputusannya. Selanjutnya utusan Quraisy itu meminta pertolongan Fatimah supaya Hasan - anaknya - berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai.

"Tak ada orang akan berbuat demikian itu dengan maksud akan dihadapkan kepada Rasulullah," jawab Fatimah.

Sekarang keadaannya jadi makin gawat buat Abu Sufyan. Ia meminta pendapat Ali.

"Sungguh saya tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buat kau," jawab Ali. "Tetapi engkau pemimpin Banu Kinana. Cobalah minta perlindungan kepada orang ramai; sesudah itu, pulanglah ke negerimu. Saya kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya itu yang dapat saya usulkan kepadamu."

Abu Sufyan lalu pergi ke mesjid dan di sana ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia menaiki untanya dan berangkat pulang ke Mekah dengan membawa perasaan kecewa karena rasa hina yang dihadapinya dari anaknya sendiri dan dari orang-orang - yang sebelum mereka hijrah - pernah mengharapkan belas-kasihannya.

Abu Sufyan kembali ke Mekah. Kepada masyarakatnya ia melaporkan segala yang dialaminya selama di Medinah serta perlindungan yang dimintanya dari masyarakat ramai atas saran Ali, dan bahwa Muhammad belum memberikan persetujuannya.

"Sial!" kata mereka. "Orang itu lebih-lebih lagi mempermainkan kau."

Lalu mereka kembali lagi mengadakan perundingan.

Persiapan Muslimin membebaskan Mekah

Persiapan Muslimin membebaskan Mekah
Sebaliknya Muhammad, ia berpendapat tidak akan memberikan kesempatan mereka mengadakan persiapan untuk memeranginya. Oleh karena ia sudah percaya pada kekuatan sendiri dan pada pertolongan Tuhan kepadanya, ia berharap akan dapat menyergap mereka dengan tiba-tiba, sehingga mereka tidak lagi sempat mengadakan perlawanan dan dengan demikian mereka menyerah tanpa pertumpahan darah.

Oleh karena itu diperintahkannya supaya orang bersiap-siap. Dan setelah persiapan selesai, diberitahukan kepada mereka, bahwa kini ia siap berangkat ke Mekah, dan diperintahkan pula supaya mereka cepat-cepat. Sementara itu ia berdoa kepada Tuhan mudah-mudahan Quraisy tidak sampai mengetahui berita perjalanan Muslimin itu.

Surat Abi Balta'a kepada Quraisy

Surat Abi Balta'a kepada Quraisy
Ketika tentara Muslimin sudah siap-siap akan berangkat, Hatib b. Abi Balta'a mengirim sepucuk surat di tangan seorang wanita dari Mekah, budak salah seorang Banu 'Abd'l-Muttalib bernama Sarah dengan dlberi upah supaya surat itu disampaikan kepada pihak Quraisy, yang isinya memberitahukan, bahwa Muhammad sedang mengadakan persiapan hendak menghadapi mereka. Sebenarnya Hatib orang besar dalam Islam. Tapi sebagai manusia, dari segi kejiwaannya ia mempunyai beberapa kelemahan, yang kadang cukup menekan jiwanya sendiri dan menghanyutkannya kedalam suatu masalah yang memang tidak dikehendakinya. Masalah ini oleh Muhammad segera pula diketahui.

Cepat-cepat disuruhnya Ali b. Abi Talib dan Zubair bin'l-'Awwam mengejar Sarah. Wanita itu disuruh turun, surat dicarinya di tempat barang tapi tidak juga diketemukan. Wanita itu diperingatkan, bahwa kalau surat itu tidak dikeluarkan, merekalah yang akan membongkarnya. Melihat keadaan yang begitu sungguh-sungguh, wanita itu berkata: Lalulah.

Kemudian ia membuka ikatan rambutnya dan surat itu pun dikeluarkan, yang oleh kedua orang itu lalu dibawa kembali ke Medinah.

Sekarang Hatib dipanggil oleh Muhammad dan ditanya kenapa ia sampai berbuat demikian.

"Rasulullah," kata Hatib. "Demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah. Sedikit pun tak ada perubahan pada diri saya. Akan tetapi saya, yang tidak punya hubungan keluarga atau kerabat dengan mereka itu, mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-tengah mereka. Maka itu sebabnya saya hendak menenggang mereka."

"Rasulullah," sela Umar bin'l-Khattab. "Serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua."

"Dari mana engkau mengetahui itu, Umar," kata Rasulullah. "Kalau-kalau Allah sudah menempatkan dia sebagai orang-orang Badr ketika terjadi Perang Badr." Lalu katanya: "Berbuatlah sekehendak kamu. Sudah kumaafkan kamu."

Dan Hatib memang orang yang ikut dalam Perang Badr. Ketika itulah firman Tuhan datang: "Orang-orang yang beriman! Janganlah musuhKu dan musuh kamu dijadikan sahabat-sahabat kamu, dengan memperlihatkan kasih-sayang kamu kepada mereka." (Qur'an, 60: 1)

Perjalanan tentara Muslimin

Perjalanan tentara Muslimin
Sekarang pasukan tentara Muslimin sudah mulai bergerak dari Medinah menuju Mekah, dengan tujuan membebaskan kota itu serta menguasai Rumah Suci, yang oleh Tuhan telah dijadikan tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.

Pasukan ini bergerak dalam suatu jumlah yang belum pernah dialami oleh kota Medinah. Mereka terdiri dan kabilah-kabilah Sulaim, Muzaina, Ghatafan dan yang lain, yang telah menggabungkan diri, baik kepada Muhajirin atau pun kepada Anshar. Mereka berangkat bersama-sama dengan mengenakan pakaian besi. Mereka melingkar ke tengah-tengah padang sahara yang membentang luas itu, sehingga apabila kemah-kemah mereka sudah dikembangkan, tertutup belaka oleh debu pasir sahara itu; sehingga karenanya orang takkan dapat melihatnya. Mereka yang terdiri dari ribuan orang itu telah mengadakan gerak cepat. Setiap mereka melangkah maju, kabilah-kabilah lain ikut menggabungkan diri, yang berarti menambah jumlah dan menambah kekuatan pula. Semua mereka berangkat dengan kalbu yang penuh iman, bahwa dengan pertolongan Allah mereka akan mendapat kemenangan. Perjalanan ini dipimpin oleh Muhammad dengan pikiran dan perhatian tertuju hanya hendak memasuki Rumah Suci tanpa akan mengalirkan darah setetes sekalipun.

Bila pasukan ini sudah sampai di Marr'z-Zahran1 dan jumlah anggota pasukan sudah mencapai sepuluh ribu orang, pihak Quraisy belum juga mendapat berita. Mereka masih dalam silang-sengketa, bagaimana caranya akan menangkis serangan dari Muhammad.

Oleh Abbas b. 'Abd'l-Muttalib - paman Nabi ditinggalkannya mereka itu dalam perdebatan dan dia sendin sekeluarga berangkat menemui Muhammad di Juhfa.2 Boleh jadi sudah ada orang-orang dari Banu Hasyim yang sudah menerima berita atau semacam berita tentang kebenaran Nabi. Lalu mereka bermaksud menggabungkan diri tanpa akan mendapat sesuatu gangguan.

Disamping Abbas, yang juga berangkat menyongsong ialah Abu Sufyan bin'l-Harith b. 'Abd'l-Muttalib, sepupu Nabi, Abdullah b. Abi Umayya bin'l-Mughira, anak bibinya. Mereka menggabungkan diri dengan pasukan Muslimin di Niq'l-'Uqab. Mereka berdua minta ijin akan menemui Nabi, tapi Nabi menolak.

"Tidak perlu aku kepada mereka," katanya kepada Umm Salama, isterinya, ketika ia mencoba membicarakan masalah dua orang itu. "Aku sudah banyak menderita karena anak pamanku itu. Sedang anak bibiku, dan iparku pula, ia sudah mengatakan yang bukan-bukan ketika ia di Mekah."

Keterangan ini disampaikan kepada Abu Sufyan, dan dia berkata: "Demi Allah, bagiku hanyalah aku ingin diijinkan bertemu, atau, dengan bantuan anakku ini, kami akan pergi ke mana saja, sampai kami mati kehausan dan kelaparan."

Nabi merasa kasihan kepada mereka. Kemudian mereka pun diijinkan masuk menemuinya, dan mereka menyatakan masuk Islam.

Abbas b. Abd'l-Muttalib

Abbas b. Abd'l-Muttalib
Menyaksikan pasukan Muslimin serta kekuatannya yang demikian rupa, Abbas b. 'Abd'l-Muttalib sekarang merasa cemas dan terkejut sekali. Sekalipun ia sudah masuk Islam, namun hatinya selalu kuatir akan bencana yang akan menimpa Mekah jika kekuatan pasukan yang belum pernah ada bandingannya di seluruh jazirah Arab itu kelak menyerbu ke dalam kota. Bukankah baru saja ia meninggalkan Mekah, meninggalkan keluarga dan handai-tolan, yang belum lagi terputus pertalian mereka karena Islam yang baru dianutnya itu? Boleh jadi ia menyatakan rasa kekuatirannya itu kepada Rasul, dan ia bertanya apa yang akan diperbuatnya kalau pihak Quraisy minta damai. Atau boleh jadi juga sepupunya ini yang dengan senang hati membuka pembicaraan dengan Abbas dalam hal ini, dan diharapkannya ia menjadi seorang utusan yang akan memberi kesan yang menakutkan kepada sekelompok orang di kalangan Quraisy itu, sehingga kelak dapat memasuki Mekah tanpa sesuatu pertumpahan darah dan Mekah akan tetap dalam kesuciannya seperti dulu dan seperti yang seharusnya akan demikian.

Dengan duduk di atas seekor bagal3 putih kepunyaan Nabi, Abbas berangkat pergi ke daerah Arak, dengan harapan kalau-kalau ia akan berjumpa dengan orang mencari kayu, atau tukang susu atau dengan manusia siapa saja yang sedang pergi ke Mekah. Ia akan menitipkan pesan kepada penduduk kota itu tentang kekuatan pasukan Muslimin yang sebenarnya supaya mereka kelak menemui Rasulullah dan minta damai sebelum pasukan ini memasuki kota dengan kekerasan.

Sejak pihak Muslimin berlabuh di Marr'z-Zahran, pihak Quraisy sudah mulai merasakan adanya bahaya yang sedang mendekati mereka. Maka diutusnya Abu Sufyan b. Harb, Budail b. Warqa' dan Hakim b. Hizam - masih kerabat Khadijah - mencari-cari berita serta mengajuk sampai seberapa jauh bahaya yang mungkin mengancam mereka itu.

Abu Sufyan mengintai

Abu Sufyan mengintai
Sementara Abbas sedang di atas bagal Nabi yang putih itu, tiba-tiba ia mendengar ada percakapan antara Abu Sufyan b. Harb dengan Budail b. Warqa' sebagai berikut:

Abu Sufyan: "Aku belum pernah melihat api unggun dan pasukan tentara seperti yang kita lihat malam ini."

Budail: "Tentu itu api unggun Khuza'a yang sudah dirangsang perang."

Abbas sudah mengenal suara Abu Sufyan itu, lalu dipanggilnya dengan nama julukannya:

"Abu Hanzala!"

"Abu'l-Fadzl!" gilir Abu Sufyan menyahut.

"Abu Sufyan, kasihan engkau!" kata Abbas. "Rasulullah berada di tengah-tengah rombongan itu. Apa jadinya Quraisy kalau mereka memasuki Mekah dengan kekerasan."

"Apa yang harus kita perbuat!" kata Abu Sufyan. "Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu."4

Oleh Abbas ia dinaikkannya di belakang bagal dan diajaknya berangkat bersama-sama, sedang kedua temannya disuruhnya kembali ke Mekah. Oleh karena ketika melihat bagal itu mereka sudah mengenalnya, dibiarkannya ia dengan penumpangnya itu lalu di hadapan mereka, di tengah-tengah sepuluh ribu orang yang sedang memasang api unggun, yang sengaja dipasang untuk menimbulkan kegentaran dalam hati penduduk Mekah.

Akan tetapi ketika bagal itu lalu di depan api unggun Umar bin'l-Khattab, dan Umar melihatnya, sekaligus ia mengenal Abu Sufyan dan diketahuinya pula bahwa Abbas hendak melindunginya. Cepat-cepat ia pergi ke kemah Nabi dan dimintanya kepada Nabi supaya batang leher orang itu dipenggal.

"Rasulullah," kata Abbas. "Saya sudah melindunginya."

Abu Sufyan di hadapan Rasul

Menghadapi situasi semacam itu dan waktu sudah malam pula, dan setelah terjadi perdebatan yang kadang sengit juga antara Umar dan Abbas, Muhammad berkata: "Bawalah dia dulu ke tempatmu, Abbas. Pagi-pagi besok bawa ke mari."

Keesokan harinya, bilamana Abu Sufyan sudah dibawa lagi menghadap Nabi dan disaksikan oleh pembesar-pembesar dari kalangan Muhajirin dan Anshar - terjadi dialog demikian ini:

Nabi: "Kasihan kamu Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunya sekarang engkau harus mengetahui, bahwa tak ada Tuhan selain Allah!?"

Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Aku memang sudah menduga, bahwa tak ada tuhan selain Allah, itu sudah mencukupi segalanya."

Nabi: "Kasihan engkau Abu Sufyan! Bukankah sudah tiba waktunya engkau harus mengetahui, bahwa aku Rasulullah!?"

Abu Sufyan: "Demi ibu-bapaku! Sungguh bijaksana engkau! Sungguh pemurah engkau dan suka memelihara hubungan keluarga! Tetapi mengenai hal ini, sungguh sampai sekarang masih ada sesuatu dalam hatiku."

Sekarang Abbas campur tangan. Ia bicara dengan ditujukan kepada Abu Sufyan, supaya ia mau menerima Islam dan bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad pesuruhNya - sebelum batang lehernya dipenggal. Menghadapi hal ini buat Abu Sufyan tak ada jalan lain ia harus menerima. Sekarang Abbas menghadapkan pembicaraannya kepada Nabi 'alaihissalam:

"Rasulullah," katanya. "Abu Sufyan orang yang gila hormat. Berikanlah sesuatu kepadanya."

"Ya," kata Rasulullah "Barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan, orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya orang itu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam mesjid orang itu juga selamat."

Ahli-ahli sejarah dan penulis-penulis riwayat hidup Nabi semua sepakat tentang terjadinya peristiwa-peristiwa itu. Hanya sebagian mereka masih ada yang bertanya-tanya: Adakah semua itu terjadi karena kebetulan saja? Kepergian Abbas kepada Nabi dengan maksud hendak pergi ke Medinah, tiba-tiba bertemu dengan pasukan tentara Muslimin di Juhfa, begitu juga kepergian Budail b. Warqa' dan Abu Sufyan b. Harb yang hanya sekedar mau mengintai, padahal sebelum itu Budail sendiri sudah ke Medinah dan melaporkan kepada Nabi apa yang telah terjadi terhadap Khuza'a dan dari Nabi diketahuinya bahwa Nabi akan membelanya.

Adakah dalam kepergiannya ini Abu Sufyan tidak menyadari bahwa Muhammad juga telah berangkat hendak menyerbu Mekah? Ataukah karena sesuatunya itu - sedikit banyak - dengan suatu persepakatan yang sudah diatur lebih dulu, dan karena persepakatan itu pula, telah mempertemukan Abbas dengan Abu Sufyan, dan bahwa Abu Sufyan sudah yakin - sejak ia pergi ke Medinah hendak meminta perpanjangan waktu Perjanjian Hudaibiya dan kembali dengan tangan kosong - bahwa tak ada jalan lain buat Quraisy akan dapat menahan Muhammad dan yakin pula ia bahwa kalau ia membukakan jalan untuk pembebasan itu ia akan tetap memegang pimpinan dan mempertahankan kedudukannya yang penting di Mekah, dan bahwa apa yang telah menjadi persepakatan mereka itu tidak sampai pula kepada Muhammad dan kepada orang-orang yang berkepentingan dengan soal itu, dengan kenyataan bahwa Umar sendiri pun telah bermaksud hendak membunuh Abu Sufyan? Besar sekali risikonya kita akan menjatuhkan vonis. Tetapi rasanya kita sudah akan dapat memastikan - untuk memuaskan hati kita - bahwa baik karena suatu kebetulan saja yang telah menyebabkan semua peristiwa itu, atau karena memang sudah ada semacam suatu persepakatan, tapi yang terang kedua kejadian itu menunjukkan, betapa cermat dan pandainya Muhammad dapat menguasai suatu peperangan terbesar dalam sejarah Islam tanpa pertempuran dan tanpa pertumpahan darah.

Persiapan memasuki Mekah

Persiapan memasuki Mekah
Islamnya Abu Sufyan itu tidak akan mengurangi kewaspadaan dan kesiap-siagaan Muhammad dalam menyiapkan diri hendak memasuki Mekah. Kalau kemenangan yang di tangan Tuhan itu memang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya, tapi Tuhan akan memberikan pertolongan hanya kepada orang yang sudah mengadakan persiapan, dan dalam segala hal dan setiap saat berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Oleh karena itu diperintahkannya supaya Abu Sufyan ditahan dulu di sela wadi, pada sebuah jalan masuk gunung ke Mekah, sehingga bila nanti pasukan Muslimin lewat, ia akan melihatnya sendiri, dan dapat pula dengan jelas ia melaporkan kepada golongannya, supaya jangan timbul perlawanan yang bagaimanapun bentuknya, apabila ia dapat cepat-eepat kembali kepada mereka kelak.

Bilamana kemudian kabilah-kabilah itu lewat di hadapan Abu Sufyan, yang sangat mempesonakan hatinya ialah batalion serba hijau yang mengelilingi Muhammad, yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, dan yang tampak hanyalah pakaian besi. Setelah mengetahui keadaan itu Abu Sufyan berkata:

"Abbas, kiranya takkan ada orang yang sanggup menghadapi mereka itu. Abu'l-Fadzl, kerajaan kemenakanmu ini kelak akan menjadi besar!"

Sesudah itu kemudian ia dibebaskan pergi menemui golongannya dan dengan suara keras ia berteriak kepada mereka: "Saudara-saudara Quraisy! Muhammad sekarang datang dengan kekuatan yang takkan dapat kamu lawan. Tetapi barangsiapa datang ke rumah Abu Sufyan orang itu selamat, barangsiapa menutup pintu rumahnya, orang itu selamat dan barangsiapa masuk ke dalam mesjid orang itu juga selamat!"

Muhammad sudah berangkat bersama pasukannya sampai ke Dhu-Tuwa. Setelah dilihatnya dari tempat itu tak ada perlawanan dari pihak Mekah, pasukannya dihentikan. Ia membungkuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan, yang telah membukakan pintu Lembah Wahyu dan tempat Rumah Suci itu kepadanya dan kepada kaum Muslimin, sehingga mereka dapat masuk dengan aman, dengan tenteram.

Dalam pada itu Abu Quhafa (ayah Abu Bakr) - yang belum lagi masuk Islam waktu itu - meminta kepada cucunya yang perempuan supaya ia dibawa mendaki gunung Abu Qubais. Sesampainya di atas gunung, orang yang sudah buta itu bertanya kepada cucunya apa yang dilihatnya. Oleh cucunya dijawab bahwa ia melihat sesuatu serba hitam berkelompok "ltu pasukan berkuda", kata orang tua itu.

"Sekarang yang serba hitam itu sudah terpencar," kata cucunya lagi.

"Kalau begitu pasukan berkuda itu sedang bertolak ke Mekah. Cepat-cepatlah bawa aku pulang ke rumah."

Tetapi sebelum ia sampai ke rumahnya pasukan berkuda itu sudah lebih dulu sampai.

Memasuki Mekah

Memasuki Mekah
Sekarang Muhammad berhenti di hulu kota Mekah, di hadapan Bukit Hind. Di tempat itu dibangunnya sebuah kubah (kemah lengkung), tidak jauh dari makam Abu Talib dan Khadijah. Ketika ia ditanya, maukah ia beristirahat di rumahnya, dijawabnya: "Tidak. Tidak ada rumah yang mereka tinggalkan buat saya di Mekah," katanya. Kemudian ia masuk ke dalam kemah lengkung itu, ia beristirahat dengan hati penuh rasa syukur kepada Tuhan, karena ia telah kembali dengan terhormat, dengan membawa kemenangan ke dalam kota, kota yang dulu telah mengganggunya menyiksanya dan mengusirnya dari keluarga dan kampung halamannya.

Rasulullah melepaskan pandang ke sekitar tempat itu, ke lembah wadi dan gunung-gunung yang ada di sekelilingnya. Gunung-gunung, tempat ia dahulu tinggal di celah-celahnya, ketika tindakan Quraisy sudah begitu memuncak, begitu keras mengasingkan dia. Di pegunungan itulah, yang juga di antaranya Gua Hira, tempat ia menjalankan tahannuth ketika datang kepadanya wahyu: 'Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya..." (Qur'an, 96: 1-5)

Ke sekitar gunung-gunung itu ia melepaskan pandang, ke lembah-lembah, dengan rumah-rumah Mekah yang bertebaran, dan di tengah-tengah adalah Rumah Suci. Begitu rendah hati ia kepada Tuhan, sehingga airmata menitik dari matanya, setitik airmata Islam dan rasa syukur demi Kebenaran Yang Mutlak, yang dalam segala soal kepadaNya jua akan kembali.

Saat itu juga terasa olehnya bahwa tugasnya sebagai komandan sudah selesai. Tidak lama tinggal dalam kemah itu, ia segera keluar lagi. Dinaikinya untanya Al-Qashwa, dan ia pergi meneruskan perjalanan ke Ka'bah. Ia bertawaf di Ka'bah tujuh kali dan menyentuh sudut (hajar aswad) dengan sebatang tongkat5 di tangan. Selesai ia melakukan tawaf, dipanggilnya Uthman b. Talha dan pintu Ka'bah dibuka. Sekarang Muhammad berdiri di depan pintu, orang pun mulai berbondong-bondong. Ia berkhotbah di hadapan mereka itu serta membacakan firman Tuhan: "Wahai manusia. Kami menciptakan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Tetapi orang yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah orang yang paling takwa (menjaga diri dari kejahatan). Allah Maha mengetahui dan Maha mengerti." (Qur'an, 49: 13)

Kemudian ia menanya kepada mereka:
"Orang-orang Quraisy. Menurut pendapat kamu, apa yang akan kuperbuat terhadap kamu sekarang?"

"Yang baik-baik. Saudara yang pemurah, sepupu yang pemurah." jawab mereka.

"Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas!" katanya.

Dengan ucapan itu maka kepada Quraisy dan seluruh penduduk Mekah ia telah memberikan pengampunan umum (amnesti).

Alangkah indahnya pengampunan itu dikala ia mampu! Alangkah besarnya jiwa ini, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran, melampaui segala rasa dengki dan dendam di hati! Jiwa yang telah dapat menjauhi segala perasaan duniawi, telah mencapai segala yang diatas kemampuan insani! Itu orang-orang Quraisy, yang sudah dikenal betul oleh Muhammad, siapa-siapa mereka yang pernah berkomplot hendak membunuhnya, siapa-siapa yang telah menganiayanya dan menganiaya sahabat-sahabatnya dahulu, siapa-siapa yang memeranginya di Badr dan di Uhud, siapa yang dahulu mengepungnya dalam perang Khandaq? Dan siapa-siapa yang telah menghasut orang-orang Arab semua supaya melawannya, dan siapa pula, kalau berhasil, yang akan membunuhnya, akan mencabiknya sampai berkeping-keping kapan saja kesempatan itu ada!? Mereka itu, orang-orang Quraisy itu sekarang dalam genggaman tangan Muhammad, berada di bawah telapak kakinya. Perintahnya akan segera dilaksanakan terhadap mereka itu. Nyawa mereka semua kini tergantung hanya di ujung bibirnya dan pada wewenangnya atas ribuan balatentara yang bersenjatakan lengkap, yang akan dapat mengikis habis Mekah dengan seluruh penduduknya dalam sekejap mata!

Tetapi Muhammad, tetapi Nabi, tetapi Rasulullah, bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan di kalangan umat manusia! Dia bukan seorang tiran, bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi keringanan kepadanya dalam menghadapi musuh, dan dalam kemampuannya itu ia memberi pengampunan. Dengan itu, kepada seluruh dunia dan semua generasi ia telah memberi teladan tentang kebaikan dan keteguhan menepati janji, tentang kebebasan jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun!

Ka'bah dibersihkan dari berhala

Berhala-berhala itu kemudian disungkurkan dan dengan demikian Rumah Suci itu dapat dibersihkan. Pada hari pertama dibebaskannya mereka itu, Muhammad telah dapat menyelesaikan apa yang dianjurkannya sejak duapuluh tahun itu, dan yang telah ditentang oleh Mekah dengan mati-matian. Dihancurkannya berhala-berhala dan dihapuskannya paganisma dalam Rumah Suci itu disaksikan oleh Quraisy sendiri. Mereka melihat berhala-berhala yang mereka sembah dan disembah oleh nenek-moyang mereka itu samasekali tidak dapat memberi kebaikan atau bahaya buat mereka sendiri.

Kekuatiran Anshar

Kekuatiran Anshar
Pihak Anshar dari Medinah telah menyaksikan semua kejadian itu. Mereka melihat Muhammad yang berdoa di atas gunung Shafa. Terbayang oleh mereka sekarang bahwa ia pasti akan meninggalkan Medinah dan kembali ke tempat tumpah darahnya semula yang kini telah dibukakan Tuhan. Mereka berkata satu sama lain: "Menurut pendapat kamu, adakah Rasulullah s.a.w. akan menetap di negerinya sendiri?" Mungkin kekuatiran mereka itu beralasan sekali. Ini adalah Rasulullah, dan di Mekah ini Rumah Suci Baitullah dan di Mekah ini pula Mesjid Suci.

Tetapi setelah selesai berdoa Muhammad bertanya kepada mereka: Apa yang mereka katakan itu. Setelah diketahuinya akan kekuatiran mereka yang mereka sampaikan dengan agak maju mundur itu, ia berkata: "Berlindunglah kita kepada Allah! Hidup dan matiku akan bersama kamu." Dengan itu ia telah memberikan teladan kepada orang tentang keteguhannya memegang janji pada Ikrar 'Aqaba serta kesetiannya kepada sahabat-sahabatnya yang seiring sepenanggungan di kala menderita, teladan yang takkan dapat dilupakan, baik oleh tanah air, oleh dunia atau pun oleh Mekah sebagai Tanah Suci.


***

Setelah berhala-berhala itu dibersihkan dari Ka'bah, Nabi menyuruh Bilal menyerukan azan dari atas Ka'bah. Sesudah itu orang melakukan sembahyang bersama dan Muhammad sebagai imam. Sejak saat itu, sampai masa kita sekarang ini, selama empatbelas abad, tiada pernah terputus Bilal dan pengganti-pengganti Bilal terus menyerukan azan, lima kali setiap hari, dari atas mesjid Mekah. Sejak saat itu, selama empatbelas abad sudah, kaum Muslimin menunaikan kewajiban salat kepada Allah dan selawat kepada Rasul, dengan menghadapkan wajah, kalbu dan seluruh pikiran kepada Allah semata, dengan menghadap Rumah Suci ini, yang pada hari pembebasannya itu oleh Muhammad telah dibersihkan dari patung-patung dan berhala-berhala.

Atas apa yang telah terjadi itu baru sekarang Quraisy mau menerima, dan mereka pun sudah yakin pula akan pengampunan yang telah diberikan Muhammad kepada mereka. Mereka melihat Muhammad dan Muslimin yang ada di sekitarnya sekarang dengan mata penuh takjub bercampur cemas dan hati-hati sekali. Namun sungguhpun begitu ada sekelompok manusia terdiri dari tujuhbelas orang, oleh Muhammad telah dikecualikan dari pengampunannya itu. Sejak ia memasuki Mekah, sudah dikeluarkan perintah supaya mereka itu, golongan laki-lakinya dibunuh, meskipun mereka sudah berlindung ke tirai Ka'bah. Diantara mereka itu ada yang bersembunyi dan ada pula yang sudah lari.

Keputusan Muhammad supaya mereka dibunuh bukan didorong oleh rasa dengki atau karena marah kepada mereka, melainkan karena kejahatan-kejahatan besar yang mereka lakukan. Ia tidak pernah mengenal rasa dengki. Diantara mereka itu terdapat Abdullah b. Abi's-Sarh, orang yang dulu sudah masuk Islam dan menuliskan wahyu, kemudian berbalik murtad menjadi musyrik di pihak Quraisy dengan menggembor-gemborkan bahwa dia telah memalsukan wahyu itu waktu ia menuliskannya. Juga Abdullah b. Khatal, yang dulu sudah masuk Islam kemudian sesudah ia membunuh salah seorang bekas budak ia berbalik menjadi musyrik dan menyuruh kedua budaknya yang perempuan - Fartana dan temannya - menyanyi-nyanyi mengejek Muhammad. Dia dan kedua orang itu juga dijatuhi hukuman mati. Di samping itu 'Ikrimah b. Abi Jahl, orang yang paling keras memusuhi Muhammad dan kaum Muslimin dan sampai waktu Khalid bin'l-Walid datang memasuki Mekah dari jurusan bawah itu pun tiada henti-hentinya ia mengadakan permusuhan.

Sesudah memasuki Mekah pun Muhammad sudah mengeluarkan perintah jangan sampai ada pertumpahan darah dan jangan ada seorang pun yang dibunuh, kecuali kelompok itu saja. Oleh karena itu, mereka suami isteri lalu menyembunyikan diri, ada pula yang lari. Tetapi setelah keadaan kembali aman dan tenteram, dan orang melihat betapa Rasulullah berlapang dada dan memberikan pengampunan yang begitu besar kepada mereka, ada beberapa orang sahabat yang minta supaya mereka yang sudah dijatuhi hukuman mati itu juga diberi pengampunan. Usman bin 'Affan - yang masih saudara susuan dengan Abdullah b. Abi's-Sarh - juga datang kepada Nabi, memintakan jaminan pengampunan. Seketika lamanya Nabi diam. Kemudian katanya: "Ya" Dan dia pun diampuni. Sedang Umm Hakim (bint'l-Harith b. Hisyam) telah pula memintakan kepada Muhammad jaminan pengampuhan buat suaminya, 'Ikrima b. Abi Jahl yang telah lari ke Yaman. Dia ini pun diampuni. Wanita itu kemudian pergi menyusul suaminya dan dibawanya kembali menghadap Nabi.

Demikian juga Muhammad telah memaafkan Shafwan b. Umayya, orang yang telah menemani 'Ikrima lari ke jurusan laut dengan tujuan hendak ke Yaman. Kedua orang itu dibawa kembali tatkala perahu yang hendak membawa mereka sudah siap akan berangkat. Juga Hindun, isteri Abu Sufyan, yang telah mengunyah hati Hamzah - paman Rasul sesudah gugur dalam perang Uhud - telah dimaafkan, disamping orang-orang lain yang tadinya sudah dihukum mati, semuanya dimaafkan. Yang dibunuh hanya empat, yaitu Huwairith yang telah menggangu Zainab puteri Nabi sepulangnya dari Mekah ke Medinah, serta dua orang yang sudah masuk Islam lalu melakukan kejahatan dengan mengadakan pembunuhan di Medinah dan kemudian melarikan diri ke Mekah berbalik meninggalkan agamanya menjadi musyrik dan dua orang budak perempuan Ibn Khatal, yang selalu mengganggu Nabi dengan nyanyian-nyanyiannya. Yang seorang dari mereka ini lari, dan yang seorang lagi diberi pengampunan.

Islamnya Penduduk Mekah

Islamnya Penduduk Mekah
Keesokan harinya setelah hari pembebasan itu ada seseorang dari pihak Hudhail yang masih musyrik oleh Khuza'a dibunuh. Nabi marah sekali karena perbuatan itu, dan dalam khotbahnya di hadapan orang banyak ia berkata: "Wahai manusia sekalian! Allah telah menjadikan Mekah ini tanah suci sejak Ia menciptakan langit dan bumi. Ia suci sejak pertama, kedua dan ketiga, sampai hari kiamat. Oleh karena itu, orang yang beriman kepada Allah dan kepada Hari Kemudian tidak dibenarkan mengadakan pertumpahan darah atau menebang pohon di tempat ini. Tidak dibenarkan kepada siapa pun sebelum aku, dan tidak dibenarkan kepada siapa pun sesudah aku ini. Juga aku pun tidak dibenarkan marah kepada penghuni daerah ini hanya untuk saat ini saja, kemudian ia kembali dihormati seperti sebelum itu. Hendaklah kamu yang hadir ini memberitahukan kepada yang tidak hadir. Kalau ada orang yang mengatakan kepadamu bahwa Rasulullah telah berperang di tempat ini, katakanlah bahwa Allah telah membolehkan hal itu kepada RasulNya, tapi tidak kepada kamu sekalian, wahai orang-orang Khuza'a! Lepaskanlah tangan kamu dari pembunuhan, sebab sudah terlalu banyak; itu pun kalau ada gunanya. Kalau kamu sudah membunuh orang, tentu aku juga yang akan menebusnya. Barangsiapa ada yang dibunuh sesudah ucapanku ini; maka keluarganya dapat memilih satu dari dua pertimbangan ini: kalau mereka mau, dapat menuntut darah pembunuhnya; atau dengan jalan diat."

Sesudah itu kemudian ia mendiat (memampas) keluarga orang yang dibunuh oleh Khuza'a itu. Dengan khotbah itu serta sikapnya yang begitu lapang dada dan suka memaafkan, hati penduduk telah begitu tertarik kepada Muhammad yang tadinya di luar dugaan mereka. Dengan demikian pula orang telah beramai-ramai masuk Islam.

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kemudian setiap berhala dalam rumahnya hendaknya dihancurkan," demikian kemudian suara orang menyerukan.

Kemudian dikirimnya serombongan orang dari Khuza'a untuk memperbaiki tiang-tiang sekitar Tanah Suci itu, suatu hal yang menunjukkan betapa besar penduduk Mekah itu menghormati tempat ini, dan yang menambah pula kecintaan mereka kepadanya. Setelah diberitahukan bahwa mereka adalah masyarakat yang patut dicintai dan bahwa ia tidak akan membiarkan atau meninggalkan mereka, kalau tidak karena mereka yang mengusirnya, kecintaan mereka terasa makin besar kepadanya.

Ketika itu Abu Bakr datang membawa ayahnya - yang dulu pernah mendaki gunung Abu Qubais waktu ada pasukan berkuda - ke hadapan Nabi. Melihat orang itu Muhammad berkata:

"Kenapa orang tua ini tidak tinggal saja di rumah; biar saya yang datang kesana."

"Rasulullah," kata Abu Bakr, "sudah pada tempatnya dia yang datang kepadamu daripada engkau yang mendatanginya."

Orang tua itu oleh Nabi dipersilakan duduk dan dielus-elusnya dadanya; kemudian katanya: "Sudilah menerima Islam."

Kemudian ia pun menyatakan diri masuk Islam dan menjadi orang Islam yang baik. Akhlak Nabi yang tinggi dan cemerlang inilah yang banyak menawan hati bangsa itu. Bangsa yang tadinya begitu keras melawan Muhammad, sekarang mereka sangat mencintai dan menghormatinya. Kini orang-orang Quraisy itu, laki-laki dan perempuan, sudah menerima Islam dan sudah pula memberikan ikrarnya.

Limabelas hari Muhammad tinggal di Mekah. Selama itu pula keadaan Mekah dibangunnya dan penduduk diajarnya mendalami hukum agama. Dan selama itu pula regu-regu dakwah dikirimkan untuk mengajarkan Islam, bukan untuk berperang, dan untuk menghancurkan berhala-berhala tanpa pertumpahan darah. Khalid bin'l-Walid waktu itu sudah berangkat ke Nakhla untuk menghancurkan 'Uzza - berhala Banu Syaiban. Tetapi setelah berhala itu dihancurkan dan Khalid berada di Jadhima, begitu mereka melihatnya, mereka pun segera mengangkat senjata. Oleh Khalid mereka diminta supaya meletakkan senjata, orang semua sudah masuk Islam. Salah seorang dari Banu Jadhima berkata kepada golongannya: "Hai Banu Jadhima! Celaka kamu! Itu Khalid. Sesudah perletakan senjata tentu kita ditawan dan sesudah penawanan potong leher."

Tetapi golongannya itu menjawab: "Maksudmu kita akan menumpahkan darah kita? Orang semua sudah masuk Islam, perang sudah tidak ada, orang sudah aman."

Sesudah itu terjadi perletakan senjata. Ketika itulah dengan perintah Khalid mereka dibelenggu, kemudian dibawai pedang dan sebagian mereka ada yang dibunuh.

Apabila kemudian berita itu sampai kepada Nabi ia mengangkat tangan ke langit seraya berdoa: "Allahumma ya Allah! Aku bermohon kepadaMu lepas tangan dari apa yang telah diperbuat oleh Khalid bin'l-Walid itu."

Sesudah itu Ali b. Abi Talib yang diutus dengan pesan: "Pergilah kepada mereka dan lihat bagaimana keadaan mereka. Cara-cara jahiliah harus kauletakkan di bawah telapak kakimu."

Ali segera berangkat dengan membawa harta yang oleh Nabi diserahkan kepadanya. Sesampainya di tempat itu diat dan pampasan sebagai tebusan darah dan harta-benda yang telah dirusak, diserahkan kepada mereka, sehingga semua tebusan darah dan pampasan harta-benda itu selesai dilaksanakan. Sedang uang selebihnya yang diserahkan Rasulullah kepadanya itu, semua diserahkan juga kepada mereka, untuk menjaga maksud Rasulullah, kalau-kalau ada yang belum diketahuinya.

Dalam waktu dua minggu selama Muhammad tinggal di Mekah semua jejak paganisma sudah dapat dibersihkan. Jabatan dalam Rumah Suci yang sudah pindah kepada Islam sampai pada waktu itu ialah kunci Ka'bah, yang oleh Nabi diserahkan kepada Uthman b. Talha dan sesudah dia kepada anak-anaknya, yang tidak boleh berpindah tangan, dan barangsiapa mengambilnya orang itu aniaya adanya. Sedang pengurusan Air Zamzam pada musim haji di tangan pamannya Abbas.

Dengan demikian seluruh Mekah sudah beriman, panji dan menara tauhid sudah menjulang tinggi dan selama berabad-abad dunia sudah pula disinari cahayanya yang berkilauan.

Foto Barang-Barang yang Diduga Milik Nabi Muhammad SAW

Zaman kita telah bejarak lebih kurang 1400 tahun dari zaman Rasulullah Muhammad Shalallohu alaihi wa Sallam. Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan sekaligus panutan yang dijadikan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai pembawa dan penyampai agama Islam ini kesuluruh penjuru alam.
Manusia termulia sepanjang zaman, disayangi oleh teman dan disegani lawan, itulah beliau. Pribadinya yang santun dan lemah lembut, menjadikan setap orang yang bertemu dengannya menjadi senang dan gembira. Semua orang merindukan untuk bertemu dengannya.

Namanya selalu disebut oleh seluruh umat Muslim di dunia dari dulu hingga sekarang. Syafaatnya selalu kita harapkan di hari kiamat kelak. Sholawat dan sallam diberikan untuknya, sesuai dengan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
إنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)

اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Artinya:
“Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”(HR. Bukhori, Muslim)
Berikut ini adalah beberapa foto barang2 yang diduga milik Rasulullah Shalallohu Alaihi wa Sallam:
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Baju gamis Nabi SAW)
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Baju gamis Nabi SAW)
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW)
The Blessed Shirt of Prophet Muhammad SAW (Bagian dari baju gamis Nabi SAW)
Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW
Jubah Nabi Muhammad, Rasulullah SAW
The Blessed Seal of Rasulullah SAW
The Blessed Seal of Rasulullah SAW
Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW
Mangkuk tempat minum Rasulullah SAW
Kunci Kabah zaman Nabi Muhammad SAW
Kunci Ka'bah zaman Nabi Muhammad SAW
Jejak kaki Nabi Muhammad SAW
Jejak kaki Nabi Muhammad SAW
Rambut Nabi Muhammad SAW
Rambut Nabi Muhammad SAW
Rambut nabi Muhammad SAW
Rambut nabi Muhammad SAW
Gigi dan rambut nabi Muhammad SAW
Gigi dan rambut nabi Muhammad SAW
Wadah tempat gigi nabi Muhammad SAW
Wadah tempat gigi nabi Muhammad SAW
Koleksi pedang Nabi Muhammad SAW
Koleksi pedang Nabi Muhammad SAW
Koleksi pedang Nabi Muhammad SAW
Surban Nabi Muhammad SAW
Surban Nabi Muhammad SAW
Topi besi Nabi Muhammad SAW
Topi besi Nabi Muhammad SAW
Sandal Nabi Muhammad SAW
Sandal Nabi Muhammad SAW
Sandal Nabi Muhammad SAW
Sandal Nabi Muhammad SAW
Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah
Surat Nabi SAW kepada Raja Nijashi, Raja Habsyah
Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan
Surat Nabi SAW kepada rakyat Oman, Arab Selatan
Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke 7
Surat Nabi SAW kepada Kaisar Romawi abad ke 7
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius
Surat Rasulullah SAW pada Raja Heraclius
Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir
Surat Nabi SAW kepada Raja Muqauqas, Mesir
Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW
Makan Siti Aminah, Ibunda Rasululllah SAW
Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.
Kotak milik putri tercinta Nabi SAW, Sayyidah Fatimah Az-Zahra R.A.
Pintu makam Nabi Muhammad SAW
Pintu makam Nabi Muhammad SAW
Makam Nabi Muhammad SAW
Makam Nabi Muhammad SAW

Wisata Virtual ke Wilayah Masjidil Aqsha: Jangan Dilewatkan!

Menulis tentang batu terbang dan Masjid Kubah Emas serta Al Aqsha ternyata memberi kejutan tersendiri bagi saya. Ketika berselancar di dunia maya, tidak jarang kita menemukan kilauan permata yang sangat sayang jika dilewatkan. Dan baru saja saya mendapatkan tautan ke sebuah situs yang menambah wawasan saya tentang tempat suci ketiga kaum muslimin, wilayah Haram Al Quds Al Syarif yang melingkupi Masjidil Aqsha.
Saudi Aramco World telah menayangkan di situs webnya sebuah (bahkan tiga, baca di bawah) wisata virtual ke wilayah Al Aqsha tersebut. Melalui wisata virtual ini, pengunjung diajak berjalan-jalan menikmati pemandangan dari berbagai titik wilayah suci ini. Tidak hanya itu, ada narasi yang menjelaskan sejarah dan rincian tempat-tempat yang dikunjungi. Meskipun bukan berupa video, tetapi gambar-gambar panorama 360 derajat yang disuguhkan sangatlah menarik. Pengunjung diajak untuk secara interaktif menjelajah, berhenti pada satu titik dan menikmati pemandangan dari titik tersebut. Pengunjung seolah-olah bisa memutar kepalanya ke segala arah dan melepaskan pandangan, bahkan melihat lebih dekat, obyek-obyek di sekitarnya.
Beberapa foto yang ditampilkan mengambil titik pandang yang tidak biasa. Dari atap Masjid Al Aqsha misalnya. Bahkan mereka yang datang langsung ke wilayah tersebut jarang (atau tidak sama sekali) memperoleh kesempatan menikmati pemandangan dari atap seperti itu.
Wisata virtual seri ke-3 ini membawa pengunjung dari salah satu gerbang wilayah Al Quds menuju Masjid Kubah Emas, Masjid Al Aqsha dan sisi lain dalam kompleks suci itu. Pengunjung berkesempatan melihat bagian dalam kedua masjid tersebut termasuk gua yang berada di bawah batu di dalam Masjid Kubah Emas.
Selain itu, pada situs yang sama telah tersedia pula wisata virtual jalan-jalan ke Al Hambra di Spanyol dan Masjid Sulaiman di Turki. Keduanya merupakan peninggalan dan monumen kejayaan islam.
Dari ketiga wisata virtual tersebut kita bisa melihat betapa indah dan gemilangnya kejayaan islam di waktu itu.
Adakah kita yang akan mengembalikan kejayaan itu?

Foto Gua di Bawah Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad

 Pada August - 31 - 2009 
Jika pengunjung telah menjelajahi situs Alhabib, ada satu halaman yang membahas tentang kebenaran gambar batu terbang yang disebut-sebut sebagai batu di mana Nabi Muhammad memulai Mi’raj ke langit ke tujuh. Ada beberapa versi cerita yang menyertai gambar batu terbang tersebut. Selain itu terjadi pula kesimpangsiuran tentang keberadaan batu yang asli di wilayah Yerusalem, Palestina.
Untuk memperjelas permasalahan ini, telah ditambahkan satu halaman baru di situs utama Alhabib yang membahas tentang “Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, Masjid Kubah Emas dan Al Aqsha“. Di sana dipaparkan secara ringkas sejarah batu isra’ mi’raj dan Masjid Kubah Emas (Qubah ash Shakhra) yang melingkupinya.
Melalui beberapa foto bagian dalam Masjid Kubah Emas, dijelaskan pula keberadaan sebuah gua yang berada di bawah batu tersebut. Dari sini dapat diduga mengapa berkembang cerita tentang “batu terbang” itu.
Selain itu ditampilkan pula gambar wilayah Al Quds dengan dilengkapi penjelasan tentang bangunan mana yang disebut sebagai Masjid Kubah Emas dan mana yang disebut sebagai Masjid Al Aqsha. Penjelasan ini ditujukan bagi mereka yang masih mengira bahwa Masjid Kubah Emas itu sama dengan Masjid Al Aqsha, meskipun kedua-duanya merupakan bangunan penting dan terhormat dalam tradisi kaum muslimin.

Senin, 16 Agustus 2010

BIOGRAFI IMAM SYAFI”I Rohimahulloh

Mazhab Syafi'i (bahasa Arab: شافعية , Syaf'iyah) adalah mazhab fiqih yang dicetuskan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i[1][2]. Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.

Dasar-dasar

Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Di dalam buku-buku tersebut Imam Syafi'i menjelaskan kerangka dan prinsip mazhabnya serta beberapa contoh merumuskan hukum far'iyyah (yang bersifat cabang). Dasar-dasar mazhab yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut.
  1. Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.
  2. Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).
  3. Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat perbedaan pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum; karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.
  4. Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara menetapkan hukum Islam.

    Qaul Qadim dan Qaul Jadid

    Imam Syafi'i pada awalnya pernah tinggal menetap di Baghdad. Selama tinggal di sana ia mengeluarkan ijtihad-ijtihadnya, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Qadim ("pendapat yang lama").
    Ketika kemudian pindah ke Mesir karena munculnya aliran Mu’tazilah yang telah berhasil mempengaruhi kekhalifahan, ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda dengan yang sebelumnya ditemui di Baghdad. Ia kemudian mengeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang berbeda, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Jadid ("pendapat yang baru").
    Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak semua qaul jadid menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat kondisi yang cocok, baik dengan qaul qadim ataupun dengan qaul jadid, maka dapat digunakan salah satunya. Dengan demikian terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan, dan keduanya tetap dianggap berlaku oleh para pemegang Mazhab Syafi'i.

    Penyebaran

    Mazhab Syafi'i (warna kuning tua) dominan di Afrika Timur, dan di sebagian Jazirah Arab dan Asia Tenggara.
    Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki[3], yang banyak dipengaruhi oleh kekuasaan kekhalifahan. Pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i terutama disebar-luaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Murid-murid utama Imam Syafi'i di Mesir, yang menyebar-luaskan dan mengembangkan Mazhab Syafi'i pada awalnya adalah:
  5. Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)
  6. Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)
  7. Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)
Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal sebagai ulama hadits terkemuka dan pendiri fiqh Mazhab Hambali, juga pernah belajar kepada Imam Syafi'i[4]. Selain itu, masih banyak ulama-ulama yang terkemudian yang mengikuti dan turut menyebarkan Mazhab Syafi'i, antara lain:
  1. Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari
  2. Imam Bukhari
  3. Imam Muslim
  4. Imam Nasa'i
  5. Imam Baihaqi
  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Ibnu Majah
  3. Imam Tabari
  4. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
  5. Imam Abu Daud
  1. Imam Nawawi
  2. Imam as-Suyuti
  3. Imam Ibnu Katsir
  4. Imam adz-Dzahabi
  5. Imam al-Hakim

 Dia adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin syafi’I
bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al - Mutthalib bin Abdi Manaf bin
Qushai Al-Qurasyi Al – Mathalib Asy – Syafi’i Al-hijazi Al-Makki, anak paman Rasulullah
Shallallahu Alai wa Sallam yang bertemu silsilsilahnya dengan Rasulullah pada Abdu
Manaf.
Para ulama sepakat bahwa ia lahir pada tahun 150 Hijriyah,yaitu pada tahun
meninggalnya Imam Abu Hanifah Rahimahumullah. Bahkan, ada yang mengatakan kalau
ia lahir pada hari yang sama ketika Abu Hanifah Wafat.
Imam An-Nawawi berkata, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam Asy-syafi’I
adalah termasuk manusia pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran
yang sangat penting dalam sejarah islam.
Pada diri Imam Asy-Syafi’i terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di
antaranya nasab yang suci bertemu dengan nasabnya Rasulullah dalam satu nasab dan
garis keturunan yang sangat baik semua ini merupakan kemuliaan paling tinggi yang
tidak ternilai dengan materi .
Awal menuntut ilmu dan kecerdasannya
Dari Abu Nu’aim dengan sanad dari Abu Bakr bin Idris juru tulis Imam Al-
Humaidi, dari Imam Asy-syafi’i, dia berkata, aku adalah seorang yatim di bawah asuhan
ibuku. Ibuku tidak mempunyai dana guna membayar seorang guru untuk mengajariku.
Namun, seorang guru telah mengizinkan diriku untuk belajar dengannya, ketika ia
mengajar yang lain. Tatkala aku selesai mengkhatamkan Al-Qur’an, aku lalu masuk
masjid untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan para ulama. Dalam pengajian itu,
aku hafalkan hadits dan permasalahan-permasalahan agama. Waktu itu aku masih tinggal
di Makkah, di suku khif.
Akibat kemiskinanku ,ketika aku melihat tulang yang menyerupai papan, maka
tulang itu ku ambil untuk aku gunakan menulis hadist dan beberapa permasalahan
agama. Di daerah kami terdapat tempat sampah, ketika tulang yang aku tulis sudah
penuh, maka tulang itu aku buang disana.
Imam Al - Baihaqi dengan sanadnya dari Mus’ab bin Abdillah Az-Zabiri, dia
berkata, ”Imam Asy –syafi’i memulai aktivitas keilmuannya dengan belajar sya’ir, sejarah
dan sastra. Setelah itu baru menekuni dunia fikih.”
Sebab ketertarikan Imam Asy-syafi’i terhadap fikih bermula dari suatu ketika dia
berjalan dengan mengendarai binatang, sedang di belakangnya kebetulan sekretaris Ubay
sedang mengikutinya.
Berangkat dari perkataan inilah, Imam Asy-Syafi’i melantunkan bait sya’ir ,
sehingga sekretaris Ubay memacu kendaraannya agar berjalan lebih cepat lagi untuk
menghampirinya. Ketika sudah mendekat dengan Imam Asy-Syafi’i, ia lalu berkata “orang
sepertimu akan kehilangan muru’ah kalau hanya serperti ini saja. Di mana
kemampuanmu dibidang fiqih?
Berangkat dari inilah Imam Asy Syafi’i , belajar ilmu fikih kepada Imam Malik bin
Anas. Adz –Dzabi berkata “dari Imam Asy-Syafi’i, dia berkata “aku telah mendatangi
Imam Malik, sedang usiaku baru 13 tahun, demikian berdasarkan riwayat ini. Akan tetapi
secara zhahir, nampaknya usianya pada saat itu adalah dua puluh tiga tahun.
Artikel boleh disebarluaskan dengan syarat menyertakan sumbernya : www.abualbinjy.wordpress.com 1
Artikel www.abualbinjy.wordpress.com
Sebelum mendatangi Imam Malik, aku terlebih dahulu mendatangi saudara
sepupuku yang menjabat walikota madinah. Kemudian saudara sepupuku mengantarku
ke Imam Malik, saudara sepupuku lalu berkata kepadaku, ”carilah seorang guna
menyeleksi bacaan Al-Qur-anmu!” Lalu aku menjawab, aku mencari guru untuk membaca
Al-Qur-an!Lalu, aku menghadapkan bacaanku kepada Imam Malik. Barangkali bacaanku
sudah jauh, akan tetapi ia memintaku untuk mengulanginya, sehingga aku pun
mengulangi bacaan Al-Qur’anku lagi yang membuatnya terkagum kagum, ketika aku
bertanya kepada Imam Malik beberapa masalah dan dijawabnya, maka Imam Malik lalu
berkata ”apakah kamu ingin menjadi seorang hakim”
Setelah berguru kepada Imam Malik .Imam Asy-syfi’i lalu pindah ke yaman , dari
yaman lalu ia pindah ke Irak untuk menyibukkan dirinya dalam ilmu agama. Di Irak ia
berdebat dengan Muhammad bin Al-Hasan dan ulama lainnya. di sana ia sebarkan ilmu
Hadist, mendirikan madzhabnya dan membantu perkembangan sunnah. Hasilnya, nama
dan keutamaan Imam Asy-syafi’i tersebar dan semakin dikenal hingga namanya
membumbung ke angkasa memenuhi setiap dataran bumi Islam.
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Abu Nu’aim Al-Hafizh berkata, ”diantara ulama terdapat imam yang sempurna,
berilmu dan mengamalkannya, mempunyai keilmuan yang tinggi, berakhlak mulia dan
dermawan. Ulama demikian ini adalah cahaya diwaktu gelap yang menjelaskan segala
kesulitan dan ilmunya menerangi belahan Timur sampai Barat.
Madzhabnya di ikuti oleh orang banyak,baik yang tinggal di darat maupun dilautan
karena madzhabnya didasarkan pada sunnah, atsar dan sesuatu yang telah disepakati
para sahabat Anshar dan Muhajirin, dan terambil dari perkataan imam pilihan. Ulama itu
adalah Abu Abdilllah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Aimmah Al-Ahbar Al-Hijazi Al-
Muthalibi.
Dari Ayyub bin Suwaid, dia berkata, ”aku tidak pernah membayangkan kalau
dalam hidupku ini aku dapat bertemu dengan orang seperti Imam Asy-Syafi’i.
Ar-Razi berkata, ”sesungguhnya sanjungan dan pujian para ulama terhadap Imam
Asy-Syafi’i sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya.
Ibadah, Kewara’an dan Kezuhudannya
Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan
mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku
belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang
lebih bagus darinya.”
Al - Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy Syafi’i selama
delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam sholatnya, aku
juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau
pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia
selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca ayat
yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan
orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh
harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
Kedermawanan
Ibnu Abdil Hakam mengatakan bahwa Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling
dermawan terhadap sesuatu yang ia miliki. Ketika ia lewat di tempat kami dan tidak
melihat diriku maka ia meninggalkan pesan agar aku datang kerumahnya. Oleh karena itu
aku sering makan siang dirumahnya.
Artikel boleh disebarluaskan dengan syarat menyertakan sumbernya : www.abualbinjy.wordpress.com 2
Artikel www.abualbinjy.wordpress.com
Ketika aku duduk bersamanya untuk makan siang, maka ia menyuruh budak
perempuannya agar memasak makanan untuk kami. Lalu ia tetap setia menunggu di meja
makan hingga kami selesai dari makan.Dari Ar-Rabi’ bin sulaiman, ia berkata ”ketika
Imam Asy-Syafi’i sedang meniki keledai melewati pasar, maka tanpa sadar cemeti
ditangannya jatuh mengenai salah seorang tukang sepatu, sehingga ia pun turun
mengambil cemeti dan mengusap orang tersebut. Kemudian Imam Asy-Syafi’i berkata Ar-
Rabi’, ”berikan uang Dinar yang ada padamu kepadanya,” Ar-Rabi’ berkat ”Aku tidak
tahu, enam atau sembilan dinar yang aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.
Keteguhan Mengikuti Sunnah dan Celaannya Terhadap Ahli Bid’ah
Dari Abu Ja’far At-Tirmidzi, ia mengatakan, ”ketika aku ingin menulis kitab
tentang pemikiran,tiba tiba dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Aku
bertanya kepada beliau, ya Rasulullah, apakah aku perlu menulis pemikiran Imam Asy-
Syafi’i ? Maka beliau bersabda, ”sesungguhnya itu bukan pemikiran, Akan tetapi, itu
adalah bantahan terhadap orang orang yang menentang sunnah-sunnahku.
Ketika Seseorang bertanya, ”Wahai Abu Abdillah, apakah kami boleh mengamalkan
Hadist dari Rasulullah itu shahih dan aku tidak menggunakannya, maka aku bersaksi
kepada kalian bahwa akalku telah hilang.
Dalam kesempatan lain Imam Asy-Syafi’i mengatakan, ”Apabila hadist itu adalah
shahih maka ketahuilah bahwa sesungguhnya itu adalah mazhabku .
Syafi’i, pernah berkata, ”Seorang hamba melakukan semua jenis dosa selain syirik
kepada Allah itu masih lebih baik daripada hamba yang bemain-main dengan hawa
nafsunya.
Kepandaiannya Berkarya dan karya-karyanya membawa manfaat
Imam Asy-Syafi’i adalah orang pertama kali yang berkarya dalam bidang Ushul Al-
Fiqh dan Ahkam Al-Qur’an. Para ulama dan cendekia terkemuka pada mengkaji karyakarya
Imam Asy-Syafi’i dan mengambil manfaat darinya.
Imam Asy-Syafi’i telah menulis kitab Ar-Risalah. Padahal pada saat itu Imam Asy-
Syafi’i masih sangat muda. Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain.
Dan beliau juga pandai dalam bersyair dan berkata mutiara, seperti:
-Ilmu bukanlah sesuatu yang dihafal,tetapi ilmu adalah sesuatu yang ada manfaatnya.
-Barangsiapa membenarkan ajaran Allah, maka ia akan selamat. Barangsiapa
memperhatikan agamanya, maka ia akan selamat dari kehinaan.barangsiapa zuhud di
dunia, maka hatinya akan ditenangkan Allah dengan memperlihatkan padanya
balasan yang baik.
Guru dan Murid-muridnya
Guru-guru beliau : Al-Hafiz berkata, ”Imam Asy-Syafi’i berguru kepada muslim bin
khalid Az-Zanji, Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Ad-
Darawardi, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid beliau : Adalah Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah
bin Az-Zubair Al-Humaidi, Ibrahim bin Al-mundzir Al-Hizami, Imam Ahmad bin Hambal,
dan yang lainnya.


Wasiat Beliau
Sesunggunya beliau berwasiat kepada dirinya sendiri dan orang yang mendengar
wasiatnya ini untuk tetap menghalalkan sesuatu yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya
dan dihalalkan oleh Nabi-Nya, dan mengharamkan sesuatu yang diharamkan dalam
sunnah utusan-Nya.
Janganlah melampaui batas-batas ketentuan yang dihalkan maupun yang
diharamkan tersebut dengan hal hal lain. Sesungguhnya orang orang yang melampaui
batas batas ketentuan tersebut berarti meninggalkan kewajiban yang ditetapkan Allah.
Sakit dan Meninggalnya Beliau
Dia menderita penyakit yang kronis, sampai sampai darahnya mengalir ketika dia
sedang menaiki kenderaannya. Aliran darah itu berceceran sampai memenuhi celana
,kenderaan dan telapak kakinya .
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata, ”Imam Asy-Syafi’i meninggal pada malam jum’at
setelah maghrib. Pada waktu itu aku berada disampingnya. Jasadnya di makamkan pada
hari jum’at setelah ashar, hari terakhir di bulan rajab. Ketika kami pulang dari mengiringi
jenazahnya kami melihat hilal bulan sya’ban tahun 204 Hijriyah.
Demikian yang dapat kami paparkan sedikit tentang Biografi Imam Asy-Syafi’i.
Setelah mengetahuinya, hati ini tersa rindu ingin bersamanya menikmati pemikirannya
yang sempurna, pancaran kepadaiannya dan berkah kata-katanya.
Wallahu a’lam bishowab.
Maraji’ : Kitab Min A’lam As-salaf, karya Syaikh Ahmad Farid
Artikel boleh disebarluaskan dengan syarat menyertakan sumbernya : www.abualbinjy.wordpress.com 4Dia adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin syafi’I
bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al - Mutthalib bin Abdi Manaf bin
Qushai Al-Qurasyi Al – Mathalib Asy – Syafi’i Al-hijazi Al-Makki, anak paman Rasulullah
Shallallahu Alai wa Sallam yang bertemu silsilsilahnya dengan Rasulullah pada Abdu
Manaf.
Para ulama sepakat bahwa ia lahir pada tahun 150 Hijriyah,yaitu pada tahun
meninggalnya Imam Abu Hanifah Rahimahumullah. Bahkan, ada yang mengatakan kalau
ia lahir pada hari yang sama ketika Abu Hanifah Wafat.
Imam An-Nawawi berkata, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam Asy-syafi’I
adalah termasuk manusia pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran
yang sangat penting dalam sejarah islam.
Pada diri Imam Asy-Syafi’i terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di
antaranya nasab yang suci bertemu dengan nasabnya Rasulullah dalam satu nasab dan
garis keturunan yang sangat baik semua ini merupakan kemuliaan paling tinggi yang
tidak ternilai dengan materi .
Awal menuntut ilmu dan kecerdasannya
Dari Abu Nu’aim dengan sanad dari Abu Bakr bin Idris juru tulis Imam Al-
Humaidi, dari Imam Asy-syafi’i, dia berkata, aku adalah seorang yatim di bawah asuhan
ibuku. Ibuku tidak mempunyai dana guna membayar seorang guru untuk mengajariku.
Namun, seorang guru telah mengizinkan diriku untuk belajar dengannya, ketika ia
mengajar yang lain. Tatkala aku selesai mengkhatamkan Al-Qur’an, aku lalu masuk
masjid untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan para ulama. Dalam pengajian itu,
aku hafalkan hadits dan permasalahan-permasalahan agama. Waktu itu aku masih tinggal
di Makkah, di suku khif.
Akibat kemiskinanku ,ketika aku melihat tulang yang menyerupai papan, maka
tulang itu ku ambil untuk aku gunakan menulis hadist dan beberapa permasalahan
agama. Di daerah kami terdapat tempat sampah, ketika tulang yang aku tulis sudah
penuh, maka tulang itu aku buang disana.
Imam Al - Baihaqi dengan sanadnya dari Mus’ab bin Abdillah Az-Zabiri, dia
berkata, ”Imam Asy –syafi’i memulai aktivitas keilmuannya dengan belajar sya’ir, sejarah
dan sastra. Setelah itu baru menekuni dunia fikih.”
Sebab ketertarikan Imam Asy-syafi’i terhadap fikih bermula dari suatu ketika dia
berjalan dengan mengendarai binatang, sedang di belakangnya kebetulan sekretaris Ubay
sedang mengikutinya.
Berangkat dari perkataan inilah, Imam Asy-Syafi’i melantunkan bait sya’ir ,
sehingga sekretaris Ubay memacu kendaraannya agar berjalan lebih cepat lagi untuk
menghampirinya. Ketika sudah mendekat dengan Imam Asy-Syafi’i, ia lalu berkata “orang
sepertimu akan kehilangan muru’ah kalau hanya serperti ini saja. Di mana
kemampuanmu dibidang fiqih?
Berangkat dari inilah Imam Asy Syafi’i , belajar ilmu fikih kepada Imam Malik bin
Anas. Adz –Dzabi berkata “dari Imam Asy-Syafi’i, dia berkata “aku telah mendatangi
Imam Malik, sedang usiaku baru 13 tahun, demikian berdasarkan riwayat ini. Akan tetapi
secara zhahir, nampaknya usianya pada saat itu adalah dua puluh tiga tahun.Sebelum mendatangi Imam Malik, aku terlebih dahulu mendatangi saudara
sepupuku yang menjabat walikota madinah. Kemudian saudara sepupuku mengantarku
ke Imam Malik, saudara sepupuku lalu berkata kepadaku, ”carilah seorang guna
menyeleksi bacaan Al-Qur-anmu!” Lalu aku menjawab, aku mencari guru untuk membaca
Al-Qur-an!Lalu, aku menghadapkan bacaanku kepada Imam Malik. Barangkali bacaanku
sudah jauh, akan tetapi ia memintaku untuk mengulanginya, sehingga aku pun
mengulangi bacaan Al-Qur’anku lagi yang membuatnya terkagum kagum, ketika aku
bertanya kepada Imam Malik beberapa masalah dan dijawabnya, maka Imam Malik lalu
berkata ”apakah kamu ingin menjadi seorang hakim”
Setelah berguru kepada Imam Malik .Imam Asy-syfi’i lalu pindah ke yaman , dari
yaman lalu ia pindah ke Irak untuk menyibukkan dirinya dalam ilmu agama. Di Irak ia
berdebat dengan Muhammad bin Al-Hasan dan ulama lainnya. di sana ia sebarkan ilmu
Hadist, mendirikan madzhabnya dan membantu perkembangan sunnah. Hasilnya, nama
dan keutamaan Imam Asy-syafi’i tersebar dan semakin dikenal hingga namanya
membumbung ke angkasa memenuhi setiap dataran bumi Islam.
Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Abu Nu’aim Al-Hafizh berkata, ”diantara ulama terdapat imam yang sempurna,
berilmu dan mengamalkannya, mempunyai keilmuan yang tinggi, berakhlak mulia dan
dermawan. Ulama demikian ini adalah cahaya diwaktu gelap yang menjelaskan segala
kesulitan dan ilmunya menerangi belahan Timur sampai Barat.
Madzhabnya di ikuti oleh orang banyak,baik yang tinggal di darat maupun dilautan
karena madzhabnya didasarkan pada sunnah, atsar dan sesuatu yang telah disepakati
para sahabat Anshar dan Muhajirin, dan terambil dari perkataan imam pilihan. Ulama itu
adalah Abu Abdilllah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Aimmah Al-Ahbar Al-Hijazi Al-
Muthalibi.
Dari Ayyub bin Suwaid, dia berkata, ”aku tidak pernah membayangkan kalau
dalam hidupku ini aku dapat bertemu dengan orang seperti Imam Asy-Syafi’i.
Ar-Razi berkata, ”sesungguhnya sanjungan dan pujian para ulama terhadap Imam
Asy-Syafi’i sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya.
Ibadah, Kewara’an dan Kezuhudannya
Bahr bin Nashr berkata, ”di masa Imam Asy-Syafi’i, aku belum pernah melihat dan
mendengar ada orang yang bertaqwa dan wira’i melebi Imam Asy-Syafi’i. Begitu juga aku
belum pernah mendengarkan ada orang yang melantunkan Al-Qur’an dengan suara yang
lebih bagus darinya.”
Al - Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy Syafi’i selama
delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam sholatnya, aku
juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari delapan puluh ayat, kalau
pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat, maka ia
selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca ayat
yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya dan
orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan penuh
harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
Kedermawanan
Ibnu Abdil Hakam mengatakan bahwa Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling
dermawan terhadap sesuatu yang ia miliki. Ketika ia lewat di tempat kami dan tidak
melihat diriku maka ia meninggalkan pesan agar aku datang kerumahnya. Oleh karena itu
aku sering makan siang dirumahnya.
Ketika aku duduk bersamanya untuk makan siang, maka ia menyuruh budak
perempuannya agar memasak makanan untuk kami. Lalu ia tetap setia menunggu di meja
makan hingga kami selesai dari makan.Dari Ar-Rabi’ bin sulaiman, ia berkata ”ketika
Imam Asy-Syafi’i sedang meniki keledai melewati pasar, maka tanpa sadar cemeti
ditangannya jatuh mengenai salah seorang tukang sepatu, sehingga ia pun turun
mengambil cemeti dan mengusap orang tersebut. Kemudian Imam Asy-Syafi’i berkata Ar-
Rabi’, ”berikan uang Dinar yang ada padamu kepadanya,” Ar-Rabi’ berkat ”Aku tidak
tahu, enam atau sembilan dinar yang aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.
Keteguhan Mengikuti Sunnah dan Celaannya Terhadap Ahli Bid’ah
Dari Abu Ja’far At-Tirmidzi, ia mengatakan, ”ketika aku ingin menulis kitab
tentang pemikiran,tiba tiba dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Aku
bertanya kepada beliau, ya Rasulullah, apakah aku perlu menulis pemikiran Imam Asy-
Syafi’i ? Maka beliau bersabda, ”sesungguhnya itu bukan pemikiran, Akan tetapi, itu
adalah bantahan terhadap orang orang yang menentang sunnah-sunnahku.
Ketika Seseorang bertanya, ”Wahai Abu Abdillah, apakah kami boleh mengamalkan
Hadist dari Rasulullah itu shahih dan aku tidak menggunakannya, maka aku bersaksi
kepada kalian bahwa akalku telah hilang.
Dalam kesempatan lain Imam Asy-Syafi’i mengatakan, ”Apabila hadist itu adalah
shahih maka ketahuilah bahwa sesungguhnya itu adalah mazhabku .
Syafi’i, pernah berkata, ”Seorang hamba melakukan semua jenis dosa selain syirik
kepada Allah itu masih lebih baik daripada hamba yang bemain-main dengan hawa
nafsunya.
Kepandaiannya Berkarya dan karya-karyanya membawa manfaat
Imam Asy-Syafi’i adalah orang pertama kali yang berkarya dalam bidang Ushul Al-
Fiqh dan Ahkam Al-Qur’an. Para ulama dan cendekia terkemuka pada mengkaji karyakarya
Imam Asy-Syafi’i dan mengambil manfaat darinya.
Imam Asy-Syafi’i telah menulis kitab Ar-Risalah. Padahal pada saat itu Imam Asy-
Syafi’i masih sangat muda. Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain.
Dan beliau juga pandai dalam bersyair dan berkata mutiara, seperti:
-Ilmu bukanlah sesuatu yang dihafal,tetapi ilmu adalah sesuatu yang ada manfaatnya.
-Barangsiapa membenarkan ajaran Allah, maka ia akan selamat. Barangsiapa
memperhatikan agamanya, maka ia akan selamat dari kehinaan.barangsiapa zuhud di
dunia, maka hatinya akan ditenangkan Allah dengan memperlihatkan padanya
balasan yang baik.
Guru dan Murid-muridnya
Guru-guru beliau : Al-Hafiz berkata, ”Imam Asy-Syafi’i berguru kepada muslim bin
khalid Az-Zanji, Imam Malik bin Anas, Ibrahim bin Sa’ad, Sa’id bin Salim Al-Qaddah, Ad-
Darawardi, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi, dan banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid beliau : Adalah Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Bakar Abdullah
bin Az-Zubair Al-Humaidi, Ibrahim bin Al-mundzir Al-Hizami, Imam Ahmad bin Hambal,
dan yang lainnya.
Artikel boleh disebarluaskan dengan syarat menyertakan sumbernya : www.abualbinjy.wordpress.com 3
Artikel www.abualbinjy.wordpress.com
Wasiat Beliau
Sesunggunya beliau berwasiat kepada dirinya sendiri dan orang yang mendengar
wasiatnya ini untuk tetap menghalalkan sesuatu yang dihalalkan Allah dalam kitab-Nya
dan dihalalkan oleh Nabi-Nya, dan mengharamkan sesuatu yang diharamkan dalam
sunnah utusan-Nya.
Janganlah melampaui batas-batas ketentuan yang dihalkan maupun yang
diharamkan tersebut dengan hal hal lain. Sesungguhnya orang orang yang melampaui
batas batas ketentuan tersebut berarti meninggalkan kewajiban yang ditetapkan Allah.
Sakit dan Meninggalnya Beliau
Dia menderita penyakit yang kronis, sampai sampai darahnya mengalir ketika dia
sedang menaiki kenderaannya. Aliran darah itu berceceran sampai memenuhi celana
,kenderaan dan telapak kakinya .
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata, ”Imam Asy-Syafi’i meninggal pada malam jum’at
setelah maghrib. Pada waktu itu aku berada disampingnya. Jasadnya di makamkan pada
hari jum’at setelah ashar, hari terakhir di bulan rajab. Ketika kami pulang dari mengiringi
jenazahnya kami melihat hilal bulan sya’ban tahun 204 Hijriyah.
Demikian yang dapat kami paparkan sedikit tentang Biografi Imam Asy-Syafi’i.
Setelah mengetahuinya, hati ini tersa rindu ingin bersamanya menikmati pemikirannya
yang sempurna, pancaran kepadaiannya dan berkah kata-katanya.
Wallahu a’lam bishowab.  


Peninggalan

Imam Syafi'i terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum Islam. Ushul fiqh (atau metodologi hukum Islam), yang tidak dikenal pada masa Nabi dan sahabat, baru lahir setelah Imam Syafi'i menulis Ar-Risalah. Mazhab Syafi'i umumnya dianggap sebagai mazhab yang paling konservatif di antara mazhab-mazhab fiqh Sunni lainnya. Dari mazhab ini berbagai ilmu keislaman telah bersemi berkat dorongan metodologi hukum Islam yang dikembangkan para pendukungnya.
Karena metodologinya yang sistematis dan tingginya tingkat ketelitian yang dituntut oleh Mazhab Syafi'i, terdapat banyak sekali ulama dan penguasa di dunia Islam yang menjadi pendukung setia mazhab ini. Di antara mereka bahkan ada pula yang menjadi pakar terhadap keseluruhan mazhab-mazhab Sunni di bidang mereka masing-masing. Saat ini, Mazhab Syafi'i diperkirakan diikuti oleh 28% umat Islam sedunia, dan merupakan mazhab terbesar kedua dalam hal jumlah pengikut setelah Mazhab Hanafi.